“Mitra kami merupakan industri alat kesehatan yang sudah mengekspor berbagai produknya. Salah satu desain yang sudah dimiliki oleh mitra adalah kursi roda manual, namun belum dilengkapi dengan teknologi asistif sehingga sejak awal tahun 2022 kami mulai mengerjakan berbagai tahapan pengembangan yang mana salah satu tahapannya, yaitu manufaktur dilakukan di PT Mega Andalan Kalasan,” imbuh Dwi.
Dwi berharap program Matching Fund Kedaireka dapat berlangsung setiap tahunnya sebab banyak sekali manfaat yang tercipta melalui program tersebut mengenai inovasi-inovasi karya perguruan tinggi di Indonesia, bukan hanya bagi masyarakat, melainkan juga dosen dan mahasiswa.
“Dosen bisa mengimplementasikan kemampuannya, kompetensinya, dan mengembangkan keterampilannya di luar kampus. Tidak hanya itu, mahasiswa bisa memperoleh keterampilan dan pengetahuan di dunia industri,” jelas Dwi.
Setelah berhasil melahirkan inovasi kursi roda bernilai guna tinggi di bidang kesehatan, Dwi dan tim tidak serta merta merasa puas. Mereka masih memiliki semangat tinggi untuk terus mengembangkan dan menghadirkan inovasi lanjutan lainnya yang dapat menjawab persoalan kesehatan di kalangan masyarakat.
Dengan antusias, Dwi menjelaskan adanya upaya dari tim untuk mengembangkan produk prototipe beta kursi roda agar bisa segera digunakan dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas dalam waktu dekat.
“Untuk tahun 2022, target kami adalah prototipe beta dengan tingkat kesiapterapan teknologi (TKT) 7. Target kami di tahun 2023 ini meneruskan TKT 7 Prototipe Beta Kursi Roda meningkat menjadi delapan dan sembilan serta siap produksi,” pungkas Dwi.
Editor : M Mahfud
Artikel Terkait