Imam Ghazali Sebut 4 Tahap Kehidupan Manusia, Tertulis dalam Buku Kimia Kebahagiaan

Miftah H. Yusufpati/Kartika
Imam al-Ghazali yang dikenal sebagai ulama besar dan ahli tasawuf ini menyebut ada 4 tahap kehidupan manusia di dunia ini. Foto: Ilustrasi, Ist

Gerakan-gerakannya pada mulanya bisa dibandingkan dengan berjalan biasa di atas tanah, kemudian menyeberangi laut dengan sebuah kapal, kemudian pada pendaratan keempat - ketika ia sudah akrab dengan hakikat-hakikat - berjalan di atas air.

Sementara itu, di balik dataran ini masih ada dataran kelima yang dikenal oleh para nabi dan wali yang bisa dibandingkan dengan terbang mengarungi udara.

Dengan demikian, Imam al-Ghazali mengatakan manusia mempunyai kemampuan untuk ada pada berbagai dataran yang berbeda, mulai dari dataran hewaniah sampai dataran malaikat.

Namun, di sinilah terletak bahayanya, yakni kemungkinan manusia terjatuh ke dataran yang paling rendah.

Sebagaimana tercantum di dalam Al-Qur’an, "Telah Kami tawarkan (yaitu tanggung jawab atau kehendak bebas) kepada lelangit dan bumi serta gunung-gunung; mereka menolak untuk menanggungnya. Tetapi manusia mau mananggungnya. Sesungguhnya manusia itu bodoh."

Iman al-Ghazali mengatakan tidak hewan tidak pula malaikat bisa mengubah tingkat dan tempat ia ditempatkan. Tetapi seseorang bisa tenggelam ke dataran hewaniah atau terbang ke dataran malaikat.

“Dan inilah arti dari 'penanggungan beban' sebagaimana disebutkan di atas oleh al-Qur'an," jelasnya.

Lebih lanjut Imam al-Ghazali mengungkapkan sebagian besar manusia memilih untuk berada di dua tahap terendah. Umumnya mereka yang tetap tinggal selalu bersikap bermusuhan dengan orang yang bepergian atau musafir yang jumlahnya jauh lebih sedikit.

Temuan Ahli Ilmu Kalam

Banyak orang dari kelas yang disebut dulu, kata Imam al-Ghazali, karena tidak memiliki keyakinan yang teguh tentang dunia yang akan datang, maka ketika dikuasai oleh nafsu-nafsu inderawi, menolaknya sama sekali.

Mereka mengatakan bahwa neraka adalah suatu temuan para ahli ilmu kalam belaka untuk menakut-nakuti orang. Juga mereka memandang para ahli ilmu kalam dengan penghinaan terbuka.

Menurut Imam al-Ghazali, berdebat dengan orang-orang seperti ini sedikit sekali manfaatnya. Meskipun demikian, kata Imam al-Ghazali, ada yang bisa dikatakan pada orang yang seperti ini yang mungkin bisa membuatnya berhenti dan merenung.  

Editor : Kartika Indah Kusumawardhani

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3 4

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network