Dari pertemuan dengan pemilik kebun teh, Bobby kembali bereksperimen membuat minuman itu. Hal itu dilakukan sekitar pertengahan tahun 2021.
Butuh waktu setahun bagi Bobby, hingga ia menemukan formula yang pas dan tanpa mengandung alkohol.
"Di desa tempat saya tinggal banyak sumber daya alam yang belum dimaksimalkan. Saya menemukan gula aren, rempah-rempah, nah yang terakhir saya menemukan teh," ujar pria yang memiliki nama panggung Bobby Fals.
"Dari situlah saya membuat minuman teh hijau Cisoka yang saya fermentasikan dengan rempah-rempah," imbuhnya.
Mengenai nama Sambeang, Bobby mengambil nama itu dari kamus Sunda, yang memiliki arti sembahyang atau ibadah.
Bukan tanpa sebab menjadikan kamus Sunda sebagai rujukan, tetapi Bobby lebih menceritakan bagaimana dirinya menjalankan ikhtiar ibadahnya dengan membuka bisnis baru, yang bisa menghidupkan banyak sektor.
Dalam usahanya ini, ia memanfaatkan semua potensi kearifan lokal, seperti bahan dasar yang seluruhnya berasal dari Sumedang. Serta kebutuhan lainnya, yang dimanfaatkan Bobby dari warga sekitar.
"Saya anggap proses perjalanan pembuatan bir ini ibadah. Karena dengan adanya bir ini, saya memanfaatkan sumber daya alam lokal, bahkan untuk proses lainnya," kata Bobby.
"Rasa Uniknya ini, merupakan anugrah besar yang diberikan Tuhan, Alloh SWT dalam tiap lembar pucuk teh Cisoka, dan menjadi bukti betapa kayanya tanah Indonesia, khususnya Sumedang sebagai bagian dari Jawa Barat," imbuhnya
Termasuk dalam hal kemasan, Bobby memanfaatkan botol daur ulang berwarna hijau. Dan memanfaatkan limbah kayu untuk proses pengepakan botol-botol minumannya.
Editor : M Mahfud
Artikel Terkait