JAKARTA, iNewsDepok.id - Komitmen OCBC NISP untuk terus mendukung perempuan berkarya, tercermin pada komposisi karyawan Bank yang 54% diantaranya adalah perempuan. Ditambah lagi struktur manajemen juga diwarnai dengan kehadiran perempuan dimana sebesar 25% dari Dewan Komisaris merupakan perempuan dan dari total Direksi Bank, 44% dari mereka merupakan perempuan.
Berdekatan dengan Hari Oeang Republik Indonesia (HORI) yang ke-76, Bank OCBC NISP sebagai bank yang berkomitmen memberdayakan perempuan Indonesia, meluncurkan gerakan kampanye baru bertajuk CurrenShe. Gerakan ini bertujuan menularkan semangat, guna mendukung perempuan agar dapat semakin berkontribusi terhadap perekonomian negara secara maksimal.
CurrenShe mendorong pentingnya representasi perempuan pada dunia bisnis dan ekonomi dengan menjadikan uang yang merupakan simbol ekonomi sebagai media. Kampanye ini memanfaatkan teknologi Augmented Reality (AR) – dimana masyarakat dapat mengenal lebih dekat beberapa tokoh pahlawan perempuan Indonesia yang berperan besar dalam perjuangan kemerdekaan dan kesetaraan sejak zaman kolonial.
Caranya, dengan scan uang kertas nominalRp100.000, Rp50.000, Rp20.000, Rp10.000, Rp5.000, dan atau Rp2.000 yang dimiliki melalui situs currenshe.com . Setelah di-scan, nantinya di layar HP akan muncul gambar dan audio mengenai cerita tersembunyi dari pahlawan perempuan yang berbeda di balik setiap nominalnya melalui filter AR.
Pahlawan-pahlawan tersebut terdiri dari Laksamana Malahayati dari Aceh (nominal Rp2000), Nyi Ageng Serang dari DI Yogyakarta (nominal Rp5.000), Andi Depu dari Tinambung, Sulawesi Barat (nominal Rp10.000), Maria Walanda Maramis dari Sulawesi (nominal Rp20.000), Hj Rangkayo Rasuna Said, pahlawan dari Sumatera Barat (nominal Rp50.000), dan Opu Daeng Risadju dari Tanah Luwu Sulawesi Selatan (nominal Rp100.000).
Untuk menggaungkan kampanye CurrenShe ini, Bank OCBC NISP mengundang masyarakat Jakarta dan sekitarnya untuk menghadiri Art Installation bertajuk ‘Perempuan Kuat Ekonomi Bangsa Hebat’ yang diselenggarakan di Mall Sarinah Thamrin pada 3-24 November 2022. Di sana masyarakat dapat menikmati karya-karya seni visual bertema pahlawan perempuan Indonesia, serta mencoba teknologi Augmented Reality yang menceritakan sejarah para pahlawan perempuan Indonesia secara langsung.
“Dukungan terhadap perempuan merupakan suatu langkah yang cerdas dan tepat untuk memajukan ekonomi bangsa. Inisiatif CurrenShe diharapkan dapat mengingatkan kembali bahwa Indonesia juga dibangun oleh para perempuan tangguh dan hebat,” ucap Parwati Surjaudaja, Presiden Direktur Bank OCBC NISP di Gedung Sarinah Thamrin Jakarta Pusat (03/11/2022).
“Kami mendorong para perempuan untuk terus berkarya, berbisnis dan terjun langsung serta jangan segan menjadi pemimpin di sektor ekonomi. Karena kami percaya bahwa perpaduan antara kekuatan pria dan perempuan akan saling mengisi dan menciptakan dampak positif yang lebih besar. Perpaduan tersebut juga sekaligus mendukung akselerasi Indonesia mewujudkan Indonesia Emas 2045. Untuk itu, dukungan nyata dari semua pihak yang terkait, sangatlah dibutuhkan untuk merealisasikan inklusivitas tersebut,” tambahnya.
Dalam kesempatan ini, hadir pula seorang perempuan yang dapat dijadikan inspirasi yaitu Dayu Dara Permata, Founder dan CEO Pinhome (platform jual, beli, dan sewa properti berbasis teknologi). Ya, sebagai seorang perempuan, Dara, begitu ia biasa disapa, pantas dijadikan inspirasi karena mampu masuk ke bidang yang selama ini didominasi kaum pria, properti dan teknologi.
“Di era sekarang ini, tiga hal yang harus kita kuasai. Literasi digital, literasi profesi, dan literasi keuangan. Kalau misalnya selama ini gadget hanya digunakan untuk bermedsos, cobalah lihat aplikasi-aplikasi seperti yang ada di OCBC. Banyak fitur-fitur yang bisa kita manfaatkan, misal mengenai edukasi keuangan ataupun dukungan-dukungan untuk perempuan yang ingin meningkatkan kesejahteraannya. Kesetaraan bisa dicapai kalau perempuan bisa punya akses terhadap finansial,” urai Dara.
Hadir pula, Adrie Basuki - Entrepreneur and Designer for Zero Waste Process yang berpendapat bahwa sejak kecil harusnya tidak ada pengkotak-kotakkan gender. “Misal kalau perempuan harus bisa jahit, masak, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan mengurus rumah tangga. Padahal perempuan dan laki-laki itu punya skill yang sama dan jika digabung, menjadi luar biasa,” ungkap Adrie.
“Sebagai seorang laki-laki dan kini jadi desainer, bakat menjahit saya justru didapat dari Ayah. Bisnis UMKM itu sangat terbuka luas dari berbagai sektor. Laki-laki atau perempuan, sadari benar bahwa kesempatan itu terbuka lebar. Jadi, jangan mengkotak-kotakkan, lihat kebutuhan masyarakat yang ada, peka dan cerdas menangkap peluang,” saran Adrie.
Editor : M Mahfud
Artikel Terkait