Bayang-bayang Kerusakan Alam Pulau Kabaena, Akibat Eksploitasi Tambang Nikel

"Kalau perlu segera bentuk pengawasan independen yang melibatkan aktivis lingkungan, akademisi dan profesi lainnya. Sehingga perusahaan tambang tidak semena-mena dalam operasi penambangan nikel," tuturnya.

Daniel menekankan pentingnya Pemerintah mengawal pertanggungjawaban pihak perusahaan-perusahaan tambang terhadap dampak kesehatan pada masyarakat.

Data menunjukkan, terdapat 95 kasus penyakit kulit di Kabaena Induk pada tahun 2022, 100 kasus di Kabaena Barat tahun 2023 ada, dan 102 kasus pada 2023 di Kabaena Selatan. Ratusan kasus penyakit kulit di Pulau Kabaena tersebut diduga kuat disebabkan air yang kotor.

“Ingat, UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup jelas mengamanatkan bahwa pemerintah wajib menjaga lingkungan hidup dan kesehatan masyarakat," urai Daniel. 

“Jadi persoalan ini harus cepat ditangani, jangan sampai masyarakat yang terkena penyakit semakin bertambah akibat air yang tercemar dan kerusakan lingkungan karena aktivitas tambang,” imbuhnya.

Menurut Daniel, kerusakan lingkungan dan krisis kesehatan yang terjadi di Kabaena adalah peringatan keras akan pentingnya tanggung jawab Pemerintah dalam mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan.  

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil juga telah diatur larangan penambangan di Pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari 2.000 km². Namun, pelanggaran aturan ini terlihat jelas  di Pulau Kabaena.

"Pemerintah harus segera bertindak tegas untuk menghentikan praktik-praktik tambang yang merusak. Tanpa tindakan nyata, masa depan Kabaena dan kesejahteraan masyarakatnya akan terus terancam," kata Daniel.

"Keberlanjutan untuk generasi mendatang Pulau Kabaena adalah contoh nyata dari bagaimana eksploitasi sumber daya alam yang tidak terkendali dapat merusak kehidupan masyarakat dan lingkungan. Jika tidak segera ditangani, kerusakan ini akan menjadi warisan buruk bagi generasi mendatang," pungkasnya.

Editor : M Mahfud