get app
inews
Aa Read Next : Komika Aulia Rakhman Tersandung Hukum saat Kampanye Anies Baswedan di Lampung 

Makna dan Pelajaran Penting Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW

Sabtu, 26 Februari 2022 | 15:45 WIB
header img
Ilustrasi Isra Mikraj. Dok: Ilmu SDM

DEPOK, Inews.id - Setiap bulan Rajab, umat Islam memperingati perjalanan Nabi Muhammad SAW yang sangat fantastis dan takkan pernah dapat dilakukan manusia lainnya di Bumi. Perjalanan itu dikenal dengan nama Isra Mikraj.

Peristiwa menakjubkan itu terjadi pada 27 Rajab tahun ke-10 kenabian Muhammad SAW, dan tahun ini hari itu jatuh pada Senin (28/2/2022) dalam kalender Masehi.  

Dalam surat al-Isra’ ayat 1, Allah SWT berfirman yang artinya:“Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.”.

Isra Mikraj mengandung dua peristiwa, yakni Al-Isra, yaitu perjalanan Nabi SAW pada malam hari dari Masjidil Haram di Makkah, menuju Masjidil Aqso di Yerusalem dengan mengendarai al-Buraq. Dari situ, dengan didampingi Malaikat Jibril, Nabi SAW melakukan Mikraj dengan naik ke langit menuju surga di mana di sana Beliau bertemu dengan nabi-nabi sebelumnya, yaitu Adam, Yahya, Isa, Idris, Harun, Musa, dan Ibrahim. Setelah itu menuju Sidratul Muntaha (Sidrat al-Muntahā), yaitu sebuah pohon bidara yang menandai akhir dari langit atau surga ke tujuh, sebuah batas di mana makhluk tidak dapat melewatinya.

Menurut cendekiawan Muslim, dinamakan Sidratul Muntaha (secara harfiah Pohon Puncak) karena ilmu malaikat hanya sampai di tempat itu, dan tidak ada yang mampu melewati pohon tersebut. Cendekiawan juga percaya bahwa semua ketetapan Allah SWT yang turun, pangkalnya dari pohon tersebut, dan semua yang naik ujungnya ada di pohon itu pula.

Sidratul Muntaha digambarkan sebagai Pohon Bidara yang sangat besar, tumbuh mulai dari langit keenam hingga langit ketujuh. Dedaunannya sebesar telinga gajah dan buah-buahannya seperti bejana atau kendi dari daerah Hajar.

Menurut Kitab As-Suluk, Sidrat al-Muntahā adalah sebuah pohon yang terdapat di bawah arasy, pohon tersebut memiliki daun yang sama banyaknya dengan jumlah makhluk ciptaan Allah SWT di dunia.

Allah berfirman dalam surah An-Najm 16; “Ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya”, dan para cendekiawan Muslim menyakini bahwa yang menyelimuti Sidratul Muntaha merupakan permadani yang terbuat dari emas.

Menurut mereka, jika Allah memutuskan sesuatu, maka "bersemilah" Sidratul Muntaha, sehingga diliputi oleh sesuatu yang menurut penafsiran Ibnu Mas'ud radhiyallahu anhu adalah "permadani emas". Deskripsi tentang Sidratul Muntaha dalam hadis-hadis tentang Isra Mikraj tersebut menurut sebagian ulama hanyalah berupa gambaran (metafora) sebatas yang dapat diungkapkan dengan kata-kata.

Editor : Rohman

Follow Berita iNews Depok di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut