PURWOREJO, iNews.id - Akan banyak muncul orang kaya baru dari Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Tak disangka-sangka tanah gersang mereka mengandung harta karun berupa batu andesit. Pemerintah tengah melirik batu andesit untuk keperluan pondasi Bendungan Bener, bendungan tertinggi di Asia Tenggara.
Wagimin tak bermimpi lahan bebatuan miliknya di Dusun Kali Gendol Desa Wadas memiliki sesuatu yang berharga. Selama ini jarang ada yang melirik lahannya. Dijual pun jarang ada yang mau menawar.
Betapa tidak, lahannya di perbukitan, tergolong lahan gersang dan sulit ditanami. Ini karena lapisan tanahnya tipis. Untuk bisa ditanami, ia mesti rajin membuat semacam teras siring. Dengan demikian tanah akan mengumpul sedikit demi sedikit dan di tempat itulah ia bisa menanami dengan tanaman seperti kapulaga, kencur, dan kemukus.
Di lokasi yang lebih subur, ia baru bisa menanami dengan sengon, pohon jati, dan pohon durian.
Pendeknya, ia butuh kerja keras untuk mengolah lahan gersangnya.
BACA JUGA:
Heboh Desa Wadas di Tingkat Nasional, Ini Biang Masalahnya
Maka saat pemerintah melirik lahannya, tanpa pikir panjang ia setuju.
Selain lahannya dibeli dengan harga menguntungkan, tanaman di atas lahan miliknya juga akan diganti untung.
“Ya jelas saya setuju, kapan lagi,” kata Wagimin berbinar-binar.
iNews bertemu Wagimin saat meliput dan memotret perbukitan yang akan dijadikan lokasi tambang batu andesit di sebuah bukit di Kali Gendol, Wadas.
Pemerintah akan membeli total seluas 150 hektare lahan perbukitan milik warga untuk dijadikan tambang batu andesit.
Pada tanggal 8 Februari 2022 lalu, lahan Wagimin sudah diukur petugas Badan Pertanahan Nasional.
Tentu saja sebentar lagi Wagimin akan mengantongi uang dalam jumlah besar. Ia akan menjadi orang kaya baru dari Desa Wadas.
Situasi tersebut tentu saja diketahui para tetangga Wagimin. Mereka juga memiliki lahan batu andesit, tetapi tidak seluas milik Wagimin.
Para tetangga yang semula memanggil nama Wagimin dengan sebutan Mbah Min, gini ganti memanggilnya sebagai Sultan Min atau Sultan Wagimin.
BACA JUGA:
100 Persen Nahdliyin, Warga Wadas Harapkan Tokoh NU Damaikan Konflik Antar Warga
Umur Sultan Wagimin lebih dari 60 tahun-an. Di KTP ia tercatat lahir pada 1959. Tetapi Sultan Wagimin mengaku sesungguhnya lahir tahun 1955.
“Sultan Miiiin,” sapa Ibu Dyah, seorang tetangga Wagimin.
Bukan hanya Ibu Dyah. Syawaludin tetangganya juga memanggil dengan sebutan serupa.
Lalu nanti untuk apa uang karungan dari pemerintah, jangan-jangan habis untuk kawin lagi nih Sultan Wagimin?
“Ya ndak lah Mas. Saya ini orang tani, nanti saya beli tanah lagi di tempat lain. Separonya lagi akan saya bagi ke anak-anak saya,” ujar Sultan Wagimin.
Wah mantap kalau begitu Sultan Wagimin, sukses selalu. Rezeki memang tak kemana. Kalau memang rezeki, di sudut terpencil pun rezeki akan datang sendiri.
Editor : Mahfud