Merangkul Semangat Inklusivitas dalam Kecerdasan
Didirikan sejak tahun 1946 dan memiliki anggota lebih dari 145.000 individu yang tersebar di seluruh penjuru dunia, komitmen Mensa untuk mengembangkan potensi intelektual manusia khususnya di Indonesia juga mencakup upaya untuk mematahkan stereotip kelas sosial yang memperkuat ketidaksetaraan.
Hal ini ditunjukan salah satunya oleh Nurul Qomariyah sebagai anggota Mensa yang memiliki keterbatasan karena mengidap Asperger's Syndrome.
Akibat kondisi tersebut, Nurul mengalami keterbatasan dalam bersosialisasi dan berkomunikasi secara efektif saat bersekolah. Namun kondisi tersebut tidak menghentikan langkahnya untuk mengembangkan potensi intelektual.
Dengan dukungan yang penuh dari orang tuanya, Nurul Qomariyah berhasil mengatasi hambatan tersebut dan memaksimalkan potensinya di bidang sosial dan humaniora.
Saat ini, ia telah berhasil menjadi seorang dosen paruh waktu di salah satu universitas swasta di Indonesia.
Nurul Qomariyah menyampaikan, "Saya berpesan kepada setiap orang tua yang memiliki anak dengan kebutuhan spesial bahwasanya hal tersebut bukanlah akhir dari segalanya. Pertama, para orang tua harus menerima terlebih dahulu kondisi keterbatasan anaknya, sehingga tidak bersifat denial dan dapat menentukan metode penanganan yang tepat. Dengan tekad dan dorongan yang sesuai, setiap individu dapat meraih impian dan mengembangkan potensi mereka. Saya berharap bahwa kisah perjuangan saya dapat menginspirasi orang lain yang menghadapi rintangan serupa."
Mensa Indonesia secara konsisten melakukan advokasi terhadap kementerian dan lembaga pemerintahan terkait agar dapat mengakomodir anak dengan kebutuhan khusus.
Salah satu inisiatif penting yang saat ini masih dalam tahap eksplorasi adalah Pengayaan Modul Program Guru Penggerak oleh Mensa Indonesia, khususnya di bagian pengembangan intelegensi murid.
Tujuan dari program ini adalah memberikan informasi dan panduan kepada guru tentang cara menghadapi anak dengan kebutuhan khusus dengan pendekatan yang tepat dan memperhatikan aspek moral mereka.
"Kami yakin bahwa semua anak memiliki potensi unik yang perlu diakui dan didukung. Melalui program Pengayaan Modul Program Guru Penggerak, Mensa Indonesia berupaya memberikan dukungan kepada para pendidik untuk mengoptimalkan potensi intelektual semua murid, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus. Dengan pendekatan yang inklusif, kami berharap upaya ini dapat menjadi bagian integral dari pencapaian Visi Indonesia Emas 2045 mendatang,” tutup Director of Strategic Partnership Mensa Indonesia, Budi Handoko di Jakarta (22/8).
Editor : M Mahfud