get app
inews
Aa Read Next : Asyik THR Dapat 2 Kali, Lebaran 2033 Bakal 2 Kali Terjadi di Februari dan Desember

Bulan Suro Dianggap Bulan Sial, Percayakah Anda?

Rabu, 19 Juli 2023 | 07:32 WIB
header img
Anggapan bahwa Bulan Suro dalam budaya Jawa atau bulan Muharram adalah bulan keramat sebuah kepercayaan yang tidak memiliki dasar dalam ajaran agama Islam. Foto: DOK

DEPOK, iNewsDepok.id - Anggapan bahwa Bulan Suro dalam budaya Jawa atau bulan Muharram adalah bulan keramat sebuah kepercayaan yang tidak memiliki dasar dalam ajaran agama Islam.

Dalam Islam, tidak ada satupun bulan yang secara khusus dianggap keramat atau memiliki keistimewaan yang lebih tinggi dari bulan lainnya.

Bulan Muharram adalah bulan pertama dalam kalender Hijriah, dan seperti bulan-bulan lainnya dalam Islam, keistimewaannya terletak pada beberapa peristiwa sejarah yang terjadi pada bulan ini. Di antaranya, peristiwa Hijrah (pemindahan Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah) yang menjadi awal penanggalan Hijriah, serta peristiwa Perang Badar yang penting dalam sejarah Islam.

Namun, mengaitkan bulan tertentu dengan kepercayaan bahwa pernikahan atau aktivitas tertentu di bulan tersebut membawa keberkahan atau keberuntungan atau sebaliknya bencana adalah bentuk kepercayaan yang tidak diajarkan dalam Islam dan dapat masuk dalam kategori syirik.

Syirik adalah dosa besar dalam Islam, yaitu menyekutukan Allah dengan sesuatu atau seseorang, baik itu berupa keyakinan, doa, atau tindakan.

Sebagai seorang muslim, penting untuk mengikuti ajaran Islam dengan tepat dan berdasarkan Al-Quran dan Hadis. Menikahkan putri pada bulan tertentu tidak memiliki pengaruh pada keberkahan atau keberuntungan, karena semua urusan kita bergantung pada takdir dan kehendak Allah. Yang perlu diperhatikan dalam menentukan tanggal pernikahan adalah memilih waktu yang baik sesuai dengan kondisi dan kesesuaian dengan syarat-syarat pernikahan dalam Islam.

Dia adalah bulan pertama dalam kalender Islam, termasuk bulan-bulan harom. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, Maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan Ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.”(QS At Taubah: 36)

Dari Abu Bakroh dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwasanya beliau bersabda,

السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ: ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ: ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

“Satu tahun itu dua belas bulan. Diantaranya ada empat bulan harom. Tiga bulan berturut-turut; Dzul qo’dah, Dzulhijjah dan Muharram. Satunya lagi adalah bulan Rajab yang terleletak antara bulan Jumada Tsani dan Sya’ban.” [HR.Bukhari 2958]

Hasan al-Bashri berkata, 

“Sesungguhnya Allah membuka awal tahun dengan bulan harom, dan menutup akhir tahun dengan bulan harom pula. Tidak ada bulan yang lebih agung di sisi Allah setelah Ramadhan dibandingkan bulan Muharram” [Lathoiful Ma’arif, Ibnu Rajab hal.79]
Keangungan bulan ini bertambah mulia dengan penyandaran bulan ini kepada Allah. Nabi menyebutkan bulan Muharram dengan nama Syahrulloh (bulan Allah).

Rasulullah bersabda:

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ

“Puasa yang paling afdhol setelah puasa Ramadhan adalah puasa pada Syahrulloh al-Muharram.” [HR.Muslim: 1163]
 Al-Hafizh Ibnu Rajab mengatakan, 

“Nabi memberi nama Muharram dengan Syahrullah. Penyandaran bulan ini kepada Allah menunjukkan kemuliaan dan keutamaannya. Karena Allah tidak akan menyandarkan sesuatu kepada dirinya kecuali pada makhluknya yang khusus”. [ Lathoiful Ma’arif, hal.81]
 

 

Editor : Vitrianda Hilba Siregar

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut