JAKARTA, iNewsDepok.id - Tanggal 21 April diperingati sebagai Hari Kartini. Harus diakui, tanpa perjuangan R.A. Kartini, mungkin saat ini tidak ada perempuan yang bisa jadi Presiden, Menteri, ataupun profesi lainnya.
Ya, perjuangan R.A. Kartini dalam mengangkat martabat dan meraih pendidikan yang layak untuk perempuan Indonesia, telah memberikan dampak yang sangat besar untuk kesetaraan gender.
Terbukti saat ini banyak sektor pekerjaan, dimana para perempuan memiliki kontribusi yang tidak kalah penting dengan kaum pria.
Berdasarkan data proyeksi penduduk oleh Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah perempuan usia sangat produktif (15-49 tahun) mencapai 69,4 juta, sedangkan untuk perempuan usia produktif (50-64), sebanyak 16,91 juta.
Menurut BPS, kondisi ini menunjukkan bahwa Indonesia tengah memasuki era bonus demografi, dimana kelebihan penduduk usia produktif bisa dimanfaatkan untuk peningkatan pembangunan.
Oleh karena itu, perjuangan R.A. Kartini tetap harus dilanjutkan agar kontribusi para perempuan dijalankan dengan optimal dan tidak terhambat oleh diskriminasi berbasis gender.
Khusnia Normawati dan Casella Prasita, menjadi contoh dua figur perempuan Kartini masa kini yang juga berjuang melawan diskriminasi gender.
Seperti apa kisahnya? Mari kita simak!
Khusnia Normawati, menghadapi tantangan yang juga dialami banyak perempuan masa kini, yaitu beban ganda dalam berkarier dan menjadi ibu rumah tangga. Apalagi dengan posisi pekerjaannya di industri baja yang banyak didominasi pria.
“Peran ganda ini tidak mudah, tapi memang harus dihadapi. Tantangan ini mengharuskan saya untuk well prepared. Artinya, saya harus bisa mengatur prioritas dan waktu seoptimal mungkin,” ujar Khusnia yang saat ini berkarier sebagai Asisten Direktur di salah satu perusahaan konstruksi dan merupakan ibu dari satu anak.
Editor : M Mahfud