“Saya berproses sejak kecil, dari single contributor di tempat kerja sebelumnya sebagai sales, hingga bisa menjadi manager sales di perusahaan saat ini yang sangat menjunjung tinggi kesetaraan gender,” ujar Casella menjelaskan tentang perjalanannya untuk sampai di titik karier saat ini.
Salah satu tantangan dan ketimpangan gender yang masih ada di tempat kerja adalah stigma bahwa pria lebih mampu untuk memimpin dibanding perempuan.
Casella beranggapan pandangan tersebut adalah sebuah kekeliruan, dan siapa pun bisa menjadi pemimpin jika memiliki ilmunya.
“Untuk memimpin, saya percaya perempuan atau pria sama-sama bisa menjadi pemimpin. Tidak ada yang berbeda dari output yang dihasilkan. Keduanya bisa mencapai target dengan proses yang mungkin berbeda,” urai Casella.
Mengikuti Program Kuncie Executive Mini MBA merupakan salah satu langkah yang Casella lakukan untuk terus meningkatkan kompetensi sebagai seorang manager dan bentuk perjuangannya sebagai Kartini masa kini.
“Dari program ini, saya menemukan ruang aman (bagi perempuan) untuk berproses dalam kariernya. Bahkan, program inilah yang menumbuhkan keberanian saya untuk menantang diri dalam mengambil peluang sebagai manager level Asia Pasifik di Singapura,” jelas Casella.
Tidak dapat dipungkiri, kisah sosok Kartini masa kini seperti Khusnia dan Casella hanyalah sebagian kecil dari representasi kenyataan diskriminasi gender yang masih terjadi di masyarakat.
Meski masih banyak tantangan yang harus dihadapi perempuan, kisah mereka berdua adalah bukti nyata bahwa perjuangan Kartini telah membuahkan hasil manis.
Suara Khusnia dan Casella mewakili banyak perempuan di luar sana yang menantang dirinya untuk memiliki keberanian dalam #MemulaiPerubahan demi mewujudkan target kehidupan yang ideal.
Editor : M Mahfud