- Yunani-Turki
Melansir dari Business Insider, selama setahun terakhir ketegangan antara Yunani dan Turki telah meningkat secara substansial, sebagian besar didorong oleh perubahan kebijakan luar negeri Turki yang tegas dan oleh kerentanan domestik rezim Erdogan. Perselisihan antara Athena dan Ankara atas eksplorasi energi di Laut Aegea telah mendorong ketegangan saat ini, meskipun ketidaksepakatan teritorial yang mendasari argumen tersebut telah ada selama beberapa dekade.
Meskipun tampaknya tidak mungkin sekutu NATO akan secara terbuka menyerang sekutu NATO lainnya, konflik di masa lalu telah membawa kedua negara ke ambang perang, terlepas dari komitmen aliansi mereka. Setiap pertarungan antara Turki dan Yunani akan segera melibatkan NATO, dan hampir pasti akan menghasilkan intervensi oportunistik oleh Rusia.
- China-India
Meski hubungan politik antara China dan India dipererat dalam KTT G20 di Bali pada November lalu, sejumlah konflik antara kedua negara seperti yang terjadi di Lembah Galwan, Sikkim, dan perang Sino-Indian menunjukkan bahwa ketegangan tetap ada.
Bentrokan di sektor Tawang di negara bagian Arunachal Pradesh, ujung timur India, sebulan setelah KTT G20 di Bali adalah bukti nyata dari ketegangan yang belum berakhir dan hal ini kembali menimbulkan kekhawatiran akan stabilitas regional. Kemampuan nuklir kedua negara pun disebut sebagai faktor utama yang dapat memicu ekskalasi serta memancing adu kepentingan negara-negara lain.
Pada titik tertentu baik India maupun China mungkin tergoda untuk menyelesaikan masalah melalui eskalasi. Inilah yang dikhawatirkan dapat membuka pintu menuju konflik yang jauh lebih besar dan merusak.
Terlepas dari berbagai prediksi yang ada, upaya menjaga perdamaian bergantung pada komitmen, keterampilan, dan kenegarawanan yang hati-hati dari setiap negara. Kita dapat berharap bahwa para pemimpin kekuatan besar dunia akan mengambil langkah yang lebih bijak di tahun ini.
Editor : M Mahfud