JAKARTA, iNewsDepok.id - Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov mengumumkan melalui cuitannya pada Selasa (2/1/2023) bahwa kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh Operasi Militer Khusus Rusia diperkirakan mencapai $35,3 miliar dan jutaan hektar cagar alam terancam.
"Pasal 55 Protokol I melarang perang melawan lingkungan alam dengan cara pembalasan, tetapi Rusia tidak peduli," tambahnya.
Pernyataannya Reznikov tersebut sesuai dengan pantauan para ahli lingkungan. Data yang dikeluarkan oleh Menteri Perlindungan Lingkungan dan Sumber Daya Alam Ukraina, Ruslan Strilets, pada Oktober lalu menyebut perang selama tujuh bulan saja telah menyebabkan 31 juta ton emisi CO2.
Ia menambahkan bahwa 79 juta ton emisi gas rumah kaca lainnya dapat dihasilkan untuk rekonstruksi infrastruktur dan bangunan yang hancur selama perang.
Sementara itu, laporan terbaru oleh Greenhouse Gas Protocol (GHG) pada November menunjukkan peningkatan emisi karbon dioksida selama perang di Ukraina sepenuhnya disebabkan oleh penggunaan bahan bakar fosil untuk kendaraan perang dan amunisi.
Konsumsi bahan bakar Rusia dicatat jauh lebih tinggi, yakni sebesar 1,5 juta ton. Angka tersebut mencakup mobilisasi kekuatan dan pergerakan pasukan, posisi dominan garis pertahanan, penggunaan peralatan dan kendaraan, dan jarak rantai pasokan yang lebih jauh.
GHG juga menyebut kebakaran, rekonstruksi infrastruktur, perpindahan pengungsi, dan kebocoran pipa gas Nord Stream 2 turut menyumbang emisi gas karbondioksida.
Para ilmuwan mengkhawatirkan kondisi padang rumput stepa di selatan dan timur Ukraina. Sebelum perang, konversi ke lahan pertanian hanya menyisakan 3 persen dari ekosistem langka. Sekarang ilmuwan tanaman di UNGC percaya bahwa 20 spesies asli stepa mungkin telah hilang sama sekali karena perang.
Dalam laporan terbarunya pada November lalu, GHG mencatat 5 faktor utama penyumbang emisi gas karbondioksida selama perang di Ukraina. Foto: GHG
Editor : Mahfud