DEPOK, iNewsDepok.id - Pada Mei 2022, negara di Asia Selatan, Sri Lanka, gagal membayar utang untuk pertama kalinya.
Pemerintah negara itu kemudian diberi tenggat waktu 30 hari untuk menutupi utang sebesar US$78 juta dalam bunga yang belum dibayar, tetapi tetap gagal membayar.
Kegagalan itu tidak hanya berdampak pada masa depan ekonomi Sri Lanka, tetapi juga menimbulkan pertanyaan penting: negara mana sajakah yang juga berisiko gagal bayar seperti Sri Lanka?
Dengan menggunakan data Bloomberg, Visual Capitalist membuat peringkat negara-negara dengan risiko default tertinggi.
Peringkat Kerentanan Utang Negara Bloomberg adalah ukuran gabungan dari risiko default suatu negara. Ini didasarkan pada empat metrik yaitu:
1. Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah (hasil rata-rata tertimbang dari obligasi dolar negara itu)
2. Spread credit default swap (CDS) 5 tahun
3. Persentase beban bunga terhadap PDB
4. Persentase utang pemerintah terhadap PDB
Untuk lebih memahami peringkat ini, Visual Capitalist menjadikan Ukraina dan El Salvador sebagai contoh.
1. El Savador, dengan yield bond 31,8% dan spread CDS 5 tahun sebesar 3.376 basis point (bps) atau 33,76% dengan bps= 0,01%, memiliki beban bunga terhadap PDB mencapai 4,9% dan utang pemerintah terhadap PDB mencapai 82,6%.
2. Ukraina, dengan Yield bond 60,4% dan spread CDS 5 tahun sebesar 10.856% atau 100,85%, memiliki beban bunga terhadap PDB sebesar 2,9% dan utang pemerintah terhadap PDB mencapai 49%.
Dengan data yang seperti ini, El Salvador berada pada peringkat pertama sebagai negara yang berisiko tinggal gagal membayar utang, sedang Ukraina berada di peringkat 8.
Berikut data selengkapnya;
Tabel 20 negara berisiko tinggi gagal bayar utang. Sumber: visualcapitalist.com
Editor : Rohman