get app
inews
Aa Read Next : 60 Negara Dianggap Bangkrut karena Tak Mampu Bayar Utang

20 Negara Ini Berisiko Gagal Bayar Utang, dan Bisa Bernasib Seperti Sri Lanka

Minggu, 17 Juli 2022 | 17:37 WIB
header img
Ilustrasi: kasir bank menghitung uang dolar AS dari setoran nasabah. Foto: Ist

DEPOK, iNewsDepok.id - Pada Mei 2022, negara di Asia Selatan, Sri Lanka, gagal membayar utang untuk pertama kalinya. 

Pemerintah negara itu kemudian diberi tenggat waktu 30 hari untuk menutupi utang sebesar US$78 juta dalam bunga yang belum dibayar, tetapi tetap gagal membayar. 

Kegagalan itu tidak hanya berdampak pada masa depan ekonomi Sri Lanka, tetapi juga menimbulkan pertanyaan penting: negara mana sajakah yang juga berisiko gagal bayar seperti Sri Lanka? 

Dengan menggunakan data Bloomberg, Visual Capitalist membuat peringkat negara-negara dengan risiko default tertinggi. 

Peringkat Kerentanan Utang Negara Bloomberg adalah ukuran gabungan dari risiko default suatu negara. Ini didasarkan pada empat metrik yaitu:

1. Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah (hasil rata-rata tertimbang dari obligasi dolar negara itu) 

2. Spread credit default swap (CDS) 5 tahun

3. Persentase beban bunga terhadap PDB 

4. Persentase utang pemerintah terhadap PDB

Untuk lebih memahami peringkat ini, Visual Capitalist menjadikan Ukraina dan El Salvador sebagai contoh.

1. El Savador, dengan yield bond 31,8% dan spread CDS 5 tahun sebesar 3.376 basis point (bps) atau 33,76% dengan bps= 0,01%, memiliki beban bunga terhadap PDB mencapai 4,9% dan utang pemerintah terhadap PDB mencapai 82,6%.

2. Ukraina, dengan Yield bond 60,4% dan spread CDS 5 tahun sebesar 10.856% atau 100,85%, memiliki beban bunga terhadap PDB sebesar 2,9% dan utang pemerintah terhadap PDB mencapai 49%.

Dengan data yang seperti ini, El Salvador berada pada peringkat pertama sebagai negara yang berisiko tinggal gagal membayar utang, sedang Ukraina berada di peringkat 8. 

Berikut data selengkapnya;


Tabel 20 negara berisiko tinggi gagal bayar utang. Sumber: visualcapitalist.com

CDS adalah jenis derivatif (kontrak keuangan) yang memberikan asuransi kepada pemberi pinjaman jika terjadi default. Penjual CDS mewakili pihak ketiga antara pemberi pinjaman (investor) dan peminjam (dalam hal ini, pemerintah). 

Sebagai imbalan untuk menerima pertanggungan, pembeli CDS membayar biaya yang dikenal sebagai spread, yang dinyatakan dalam basis poin (bps). Jika CDS memiliki spread 300 bps (3%), ini berarti bahwa untuk menjamin hutang $100, investor harus membayar $3 per tahun. 

Menerapkan ini pada spread CDS 5 tahun Ukraina sebesar 10.856 bps (108,56%), seorang investor perlu membayar 108,56 dolar setiap tahun untuk mengasuransikan utang sebesar $100. Ini menunjukkan bahwa pasar memiliki sedikit kepercayaan pada kemampuan Ukraina untuk menghindari default.

Selain itu, Ukraina juga memiliki risiko gagal bayar yang tinggi akibat konflik yang sedang berlangsung dengan Rusia. Sebab, jika Rusia akan mengambil alih kendali negara itu, maka ada kemungkinan kewajiban utang Ukraina yang ada tidak akan pernah bisa dilunasi.

Kekhawatiran itu telah mendorong penjualan obligasi pemerintah Ukraina, mendorong nilainya turun menjadi hampir 30 sen dolar AS. Ini berarti bahwa obligasi dengan nilai nominal US$100 dapat dibeli seharga US$30.

Karena imbal hasil bergerak berlawanan arah dengan harga, imbal hasil rata-rata obligasi ini telah naik hingga sangat tinggi, yakni 60,4%. Sebagai perbandingan, imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun saat ini adalah 2,9%.

El Salvador berada di posisi pertama sebagai negara yang berisiko tinggi gagal membayar utang, karena beban bunga yang lebih besar dan total utang pemerintah.

El Salvador memiliki pembayaran bunga tahunan sebesar 4,9% dari PDB, yang relatif tinggi. Dibandingkan dengan AS yang hanya 1,6% dari PDB pada tahun 2020.

Jika dijumlahkan, utang El Salvador yang belum dibayar sama dengan 82,6% dari PDB. Ini dianggap tinggi menurut standar historis, tetapi hari ini sebenarnya cukup normal.

Tanggal yang sangat krusial bagi El Salvador adalah Januari 2023, karena pada saat itu obligasi negara senilai US$800 juta jatuh tempo. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa jika El Salvador gagal, itu akan mengalami efek negatif yang signifikan.

Pada September 2021, El Salvador menjadi negara pertama di dunia yang mengadopsi bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah. Ini berarti bahwa Bitcoin diakui oleh hukum sebagai sarana untuk melunasi hutang dan kewajiban lainnya. 

 

Editor : Rohman

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut