Memang di bidang keuangan Ibu Eva pengalamannya komplit. Beliau seorang akademisi, dosen akuntansi di Universitas Indonesia sekaligus praktisi keuangan berpengalaman di kantor akuntan dan menjadi internal auditor di perusahaan korporasi. Ia pernah bekerja di Kantor Akuntan Sidharta. Sebelum menuju puncak eksekutif di Indofood, Ibu Eva ditugaskan sebagai internal auditor di Salim Group yang punya akses langsung ke pemegang saham, Sudono Salim.
Dalam suatu kesempatan Ibu Eva berkisah mulai memimpin Indofood tahun 1996. Dia butuh waktu 15 tahun untuk mencapai puncak. Ia pertama kali bekerja di Salim Group pada 15 Oktober 1981. Ibu Eva berkinerja moncer sebagai CEO wanita pertama di imperium Salim. Lulusan Fakultas Ekonomi UI dan Senior Executive Program Stanford University Amerika Serikat ini adalah orang penting di Salim Group.
Kita perlu belajar dari sosok Ibu Eva yang super-achievers. Layak kita telisik kenapa Ibu Eva mendapat predikat sebagai the most powerful business women dan dicitrakan sebagai iron lady secara positif.
Menurut saya alasan yang pertama, sebagai pilot baru Indofood waktu itu, di tengah gejolak badai Krismon, secara presisi pada tahun 1997 Ibu Eva berhasil melakukan soft landing nyaris sempurna. Ia adalah tokoh penting di balik penyelamatan PT Indofood Sukses Makmur dari hempasan gelombang krisis moneter tahun 1997/1998 yang merontokkan banyak perusahaan di negeri ini.
Kedua, di tengah ekonomi yang suram, sebagai CEO, Ibu Eva piawai memimpin perusahaan industri makanan dengan kinerja jawara pasar melalui efisiensi di semua lini dan inovasi tiada henti. Ketiga, di masa sulit itu dia mampu mempertahankan 48.000 karyawan tanpa pemutusan hubungan kerja. Untuk mencapai itu semua ia bekerja keras. Menurut Ito Helty Hutapea yang lama menjadi stafnya, Ibu Eva terbiasa bekerja sampai larut malam.
Keempat, pada tahun 1998 Ibu Eva melakukan langkah kuda yang menghebohkan jagat bisnis. Ketika perusahaan lain meminta penundaan utang, Ibu Eva justru melakukan sebaliknya. Langkah berani yang dia lakukan menjual saham Salim di Indofood ke First Pacific di Hong Kong.
Dengan cash begitu banyak di tangan, Ibu Eva mengambil langkah anti-textbook mampu bayar utang 1,2 miliar Dollar AS dan membalik kinerja perusahaan yang merugi, pada tahun 1999 membukukan laba Rp825 miliar. Di masa sulit dan ekonomi suram itu, sejatinya tidak berlebihan bila Ibu Eva diposisikan sebagai Sang Putri tanpa mahkota di imperium Salim.
Editor : Kartika Indah Kusumawardhani