
Bagi Dennis, menjaga tradisi dan kualitas adalah bentuk penghormatan kepada para pendahulunya.
“Kami ingin memastikan bahwa apa yang kami bangun bisa terus dinikmati oleh generasi berikutnya. Kopi ini bukan hanya soal bisnis, tapi juga tentang warisan keluarga yang tak ternilai harganya,” pungkasnya.
Dari Pematang Siantar hingga ke berbagai penjuru Indonesia, Lim Kok Tong tidak hanya sekadar kedai kopi, melainkan sebuah cerita tentang sejarah, tradisi, dan cinta terhadap kualitas. Jika Anda belum mencobanya, mungkin sudah saatnya Anda merasakan kopi yang telah melewati perjalanan panjang selama 100 tahun ini.
Seabad Kopi Kok Tong
Sejarah kisah perjalanan Kopitiam Lim Kok Tong dimulai pada tahun 1900, ketika Lim Tie Kie, seorang pemuda berusia 18 tahun dari kota Fu Zhou di Provinsi Fu Jian, Tiongkok, merantau ke Indonesia.
Dengan keberanian dan tekad yang kuat, ia memulai kehidupan baru di tanah rantau yang menjanjikan.
Pada tahun 1925, Lim Tie Kie membuka kopitiam pertamanya di Kota Pematang Siantar, tepatnya di Jalan Cipto. Kopitiam tersebut diberi nama Heng Seng Can dan menjadi tempat berkumpul bagi masyarakat setempat.
Kehangatan suasana dan cita rasa khas kopitiam ini menjadikannya salah satu ikon yang tetap dikenang hingga hari ini.
Seiring berjalannya waktu, tongkat estafet diteruskan kepada generasi kedua. Pada tahun 1970, Lim Kok Tong, putra Lim Tie Kie, mengambil alih pengelolaan kopitiam.
Ia memberikan sentuhan baru dengan mengganti nama kopitiam menjadi Massa Kok Tong, sebuah nama yang mencerminkan identitas baru tanpa melupakan akar tradisi.
Editor : M Mahfud
Artikel Terkait