JAKARTA, iNews.id - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) akan memanggil Densus 88 Antiteror Polri terkait tindakannya menembak mati Dr Sunardi di Sukoharjo, Jawa Tengah, pada Rabu (9/3/2022) malam lalu.
"Kasus ini memang mendapat perhatian Komnas HAM. Kami sedang mengumpulkan informasi dari berbagai pihak, walaupun ini belum mendalam, termasuk juga informasi yang berkembang di publik yang juga ditulis oleh rekan-rekan media," kata Komisioner Komnas HAM Choirul Anam melalui pernyataan resmi yang diunggah di akun YouTube Humas Komnas HAM RI, Minggu (13/3/2022).
Namun demikian, lanjut Choirul, beberapa hari terakhir ini ada rekan sejawat dari Dr Sunardi di Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Sukoharjo yang berkomunikasi dengan Komnas HAM untuk meminta atensi agar Komnas melakukan monitoring atas peristiwa ini.
Meskipun, kata dia, rekan sejawat Dr Sunardi itu belum tertemu langsung dengan Komnas, dan pihak Komnas menunggu rekan sejawat Dr Sunardi itu datang langsung ke Komnas.
"Karena kami sudah melakukan penggalian informasi awal dari berbagai sumber informasi, termasuk informasi yang ditulis media, kami berencana minggu depan akan meminta keterangan kepada pihak kepolisian, khususnya kepada pihak Densus 88," imbuh dia.
Ia menjelaskan, pemanggilan itu dilakukan untuk membuat terang peristiwa tersebut.
"Kami juga berharap ketika temen-temen Densus bisa datang ke Komnas HAM, juga membawa bukti-bukti yang memang menunjang keterangannya, sehingga memang kerjanya cepat, kita bisa efektif, yang memotret apa peristiwa dan bagaimana peristiwanya," kata dia.
Seperti diketahui, tindakan Densus 88 menembak mati Dr Sunardi menimbulkan reaksi keras di masyarakat, sehingga tagar #PrayForDrSunardi sempat menembus trending Twitter Indonesia.
Reaksi keras muncul karena publik menilai ada yang tidak nyambung antara alasan Densus menembak mati Dr Sunardi dengan kondisi fisik dokter yang terkenal dermawan dan memiliki jiwa sosial dan jiwa kemanusiaan yang luar biasa itu saat penembakan terjadi.
Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan, Kamis (10/3/2022), menjelaskan kalau Dr Sunardi ditembak mati karena melawan saat ditangkap.
"Saudara SU melakukan perlawanan terhadap petugas secara agresif, yaitu dengan menabrakkan mobilnya ke arah petugas yang sedang menghentikan tersangka," jelas Ramadhan.
Tak hanya itu, kata Ramadhan, Sumardi juga menabrak kendaraan yang melintas di sekitar lokasi, sehingga karena alasan itulah, petugas Densus memutuskan memberikan tembakan tegas dan terukur.
"Dikarenakan situasi yang dapat membahayakan jiwa petugas dan masyarakat, sehingga petugas melakukan upaya paksa dengan melakukan tindakan tegas terukur dengan melumpuhkan tersangka," katanya.
Namun, para tetangga dan rekan sejawat korban yang ramai mencuit dan membuat postingan di media sosial, baik di Twitter maupun Facebook, juga memberi keterangan kepada wartawan untuk menanggapi pernyataan polisi itu, menyatakan ketidakpercayaannya kalau Dr Sunardi melawan.
Pasalnya, kata mereka, Dr Sunardi sudah bertahun-tahun menderita stroke, sehingga setiap beraktifitas dia memakai tongkat dan sholat pun dengan cara duduk, karena tak bisa lagi sholat berdiri seperti orang sehat pada umumnya.
Yang juga menjadi pertanyaan publik adalah, mengapa Densus ingin menangkapnya dengan cara dicegat di jalanan, bukan di rumahnya? Padahal Densus pasti tahu di mana alamat Dr Sunardi, karena dia figur yang sangat populer di Sukoharjo.
Sepanjang hayatnya, Dr Sunardi diketahui mendedikasikan hidupnya di bidang kedokteran dan di bidang kedlmanusian. Selain membuka praktik di rumahnya di Kelurahan Gayam, Kecamatan Sukoharjo Kota, Dokter malang itu juga mendirikan Hilal Ahyar (HASI) untuk membantu sesama, dan kerap terjun ke wilayah bencana, termasuk ketika tsunami menghantam Aceh pada 26 Desember 2004.
Dr Sunardi juga menulis beberapa buku yang semuanya terkait dengan kesehatan dan kedokteran, salah satunya berjudul "Nabi Saja Suka Buah..."
Ramadhan menjelaskan, Dr Sunardi menjadi target Densus karena merupakan jaringan Jamaah Islamiyah (JI), bahkan sempat berperan penting dalam kelompok teroris tersebut.
"Keterlibatan SU adalah selaku anggota organisasi teroris JI," katanya.
Selain itu, berdasarkan pemetaan dan pendalaman Densus 88 Antiteror, kata Ramadhan, Sunardi juga sempat menduduki posisi penting dalam jaringan JI, seperti penasehat amir atau pemimpin di JI.
"Yang bersangkutan juga pernah menjabat sebagai amir khidmat, jabatannya adalah deputi dakwah dan informasi dan yang bersangkutan sebagai nasihat Amir JI," katanya.
Editor : Rohman
Artikel Terkait