Selain itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan, telah mengumumkan penutupan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Suralaya di Cilegon, Banten. Oleh karena itu, diperlukan pembangkit listrik berbasis EBT yang besar dan masif.
"Penutupan PLTU ini dapat mengganggu ekonomi, pertahanan, keamanan, dan berbagai aspek kehidupan lainnya. Sumber EBT yang memiliki potensi besar adalah geothermal, air, dan nuklir. Karena geothermal dan air lokasinya jauh dan tergantung pada kondisi alam, sebaiknya pemerintah mempertimbangkan nuklir sebagai opsi terakhir. Energi nuklir menawarkan biaya yang murah, bersih, dan kontinuitas yang tinggi," jelas Feiral.
Menurutnya, perubahan harus dimulai segera dengan menghadapi risiko kegagalan dan keuntungan finansial yang mungkin lebih kecil saat ini, untuk mencapai tujuan jangka panjang yang lebih besar dan bermanfaat bagi generasi mendatang.
Selain itu, penerbitan green bond dan transaksi di bursa karbon merupakan salah satu mekanisme yang dapat merangsang perkembangan ekonomi hijau.
"Kebijakan pendukung dari pemerintah akan selalu diperlukan sebagai dasar yang efektif dalam mendorong pergerakan ekonomi serta investasi menuju arah yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan," tutup Feiral.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta
Artikel Terkait