Sementara itu, hanya 29% yang merasa yakin dengan model operasional mereka untuk kesiapan GenAI. Agar penerapan GenAI berhasil, kesiapan bisnis perlu sejalan dengan kesiapan teknologi.
“Potensi (Gen)AI di sektor keuangan Indonesia sangat jelas – teknologi ini dapat memperluas akses keuangan, meningkatkan pengalaman pelanggan, dan memfasilitasi perluasan layanan yang cepat, di antara kemungkinan lainnya. Temuan kami menunjukkan bahwa teknologi ini telah diadopsi dengan cepat oleh baik institusi keuangan besar maupun perusahaan fintech. Namun, banyak inisiatif masih berupa proyek percontohan yang dipimpin oleh teknologi dan belum berhasil menghasilkan nilai bisnis nyata dalam skala besar,” kata Andy Lees, Managing Director and Partner di BCG X.
Lees menambahkan, “Institusi keuangan akan mendapatkan manfaat dari kerangka kerja strategis untuk integrasi yang mencakup segala hal mulai dari implementasi teknis dan tata kelola hingga operasi dan pengembangan bakat. Selain itu, kerangka kerja semacam itu memungkinkan hasil dapat diukur dengan jelas, memastikan bahwa inisiatif AI terus selaras dengan tujuan bisnis. Ini akan sangat penting untuk mencapai transformasi yang berkelanjutan dan dampak bisnis yang nyata.”
Laporan tersebut mencakup berbagai seruan untuk para pemimpin bisnis, menekankan pentingnya pendekatan strategis dan holistik dalam integrasi GenAI. Dengan fokus pada elemen-elemen dasar seperti tata kelola, teknologi, sumber daya manusia, dan proses operasional, institusi keuangan Indonesia tidak hanya dapat mengatasi tantangan, tetapi juga memimpin perlombaan GenAI, mengubah tantangan menjadi peluang untuk pertumbuhan dan inovasi.
Berbicara dalam konteks bagaimana pemerintahan yang akan datang dapat belajar dari pengalaman sektor swasta dalam implementasi AI dan GenAI, Pandu Sjahrir, Pendiri AC Ventures dan Kepala Badan Ekonomi dan Financial Technology Kadin Indonesia menjelaskan, “Dengan pemerintahan yang akan datang berencana membangun Kedaulatan Digital (Sovereign AI), ada dorongan untuk memperbaiki kerangka regulasi dan mempercepat investasi dalam infrastruktur lokal untuk pengembangan GenAI. Ini memicu diskusi penting tentang peningkatan infrastruktur energi Indonesia dengan energi terbarukan dan pembiayaan berkelanjutan. AI dan GenAI memiliki potensi untuk meningkatkan ekonomi Indonesia dengan mentransformasikan tidak hanya sektor swasta, tetapi juga perusahaan milik negara dan lembaga pemerintah. Implementasi yang efektif memerlukan pusat data yang berkelanjutan yang didukung oleh energi terbarukan, undang-undang privasi yang ketat, dan kemitraan publik-swasta yang kuat. Laporan ini memberikan panduan strategis untuk sektor swasta dan publik, sambil menekankan pentingnya keamanan siber untuk melindungi aset data nasional.”
Pandu menambahkan, laporan ini juga menjadi bahan masukan untuk White Paper Arah Pembangunan dan Kebijakan Bidang Ekonomi tahun 2024-2029 yang tengah disusun oleh Kadin Indonesia.
Gunawan Woen, Co-Founder & CEO ESB, platform manajemen restoran SaaS terbesar di Indonesia yang juga merupakan perusahaan portofolio AC Ventures yang telah menerapkan AI, mengatakan, “AI telah menjadi pembeda besar dalam ekosistem SaaS ESB, terutama dalam cara mendukung usaha kecil dan menengah (UKM) di sektor F&B dengan berfungsi sebagai ahli keuangan, konsultan bisnis, analis pemasaran, auditor forensik, dan lain-lain—profesi yang sebelumnya terlalu mahal untuk dimiliki oleh pemilik bisnis ini. Dari sudut pandang ESB, alih-alih menggantikan pekerjaan, AI menawarkan banyak layanan penting yang sebelumnya tidak terjangkau oleh sebagian besar pemilik bisnis di Indonesia. GenAI, khususnya, telah memainkan peran penting dalam membantu ESB mempercepat implementasi AI khususnya di industri F&B. Kami telah berhasil mengadaptasi Large Language Models menjadi Specific Language Models.”
Editor : M Mahfud
Artikel Terkait