Rahman Muhammad selaku kreator konten Maluku Utara mengemukakan bahwa, budaya lokal masyarakat Maluku Utara tidak hanya mencakup budaya kebendaan seperti banyaknya situs bangunan bersejarah seperti benteng-benteng dan sebagainya melainkan pula mencakup budaya tak benda yang begitu berlimpah termasuk adat istiadat serta tradisi hingga nilai-nilai etis penghormatan kepada sesama manusia.
"Salah satu contohnya adalah peran yang selama ini saya lakukan sebagai konten kreator dengan membranding diri sebagai seorang kakek tua (tete) atau lengkapnya 'tete ko' yang sukses dikenal luas oleh masyarakat Maluku Utara," ujar Rahman.
"Sebagai pribadi seorang konten kreator yang selama ini eksis di ruang media sosial, saya memilih untuk menampilkan berbagai konten yang didasarkan pada hasil riset terkait isu atau konten yang diterima oleh publik. Hal ini dipandang penting sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas sebuah konten sekaligus peran personal yang umumnya dikenal oleh masyarakat Maluku Utara sebagai sosok seorang kakek tua (tetep ko) dalam berbagai isu lokal yang berangkat dan berasal dari kehidupan keseharian dalam lingkungan masyarakat," imbuh Rahman.
Pemateri ketiga M. Alief Zidane / Pricillia Kharie mengungkapkan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan tips untuk membuat sebuah konten kreatif berbasis budaya lokal.
"Selalu mengutamakan riset konten dengan teliti supaya menghasilkan sesuatu yang kreatif dan inovatif dengan tetap mempertimbangkan berbagai hal yang sedang aktual atau menjadi tren di masyarakat sekitar. Dengan pertimbangan tersebut saya sering tampil dengan peran layaknya para Ibu dalam kehidupan suatu rumah tangga, seperti memerankan dalam konten kreatif saya sebagai seorang "Ci Mala", dan lain-lain yang merepresentasikan kehidupan masyarakat bawah dengan kesederhanaan dan sarat akan pesan-pesan dan nilai budaya lokal termasuk pula budaya kontemporer (masa kini)," ujar Alief.
Editor : M Mahfud
Artikel Terkait