JAKARTA, iNewsDepok.id - Sungai Ciliwung menjadi sungai ikonik warga Jakarta. Salah satu sungai berpengaruh di DKI Jakarta. Mempunyai panjang 120 Km dengan luas Daerah Aliran Sungai (DAS) 387 Km2, terbentang dari hulu yang terletak di daerah Bogor yang meliputi kawasan Gunung Gede, Gunung Pangrango, dan Cisarua hingga kawasan hilir di pantai Utara Jakarta.
Dahulu, Sungai Ciliwung menjadi salah satu sumber kehidupan masyarakat Jakarta dan menjadi habitat berbagai jenis ikan. Namun, sejak bermekarannya berbagai pembangunan rumah, perkantoran, serta kawasan bisnis lainnya, Sungai Ciliwung dipandang sebelah mata.
Sampah, serta limbah dari berbagai tempat dibuang di Sungai Ciliwung. Masalah bertambah besar ketika sampah-sampah yang ada, menyumbat aliran air, mengakibatkan sungai berbau, kotor, dan yang menjadi momok warga Jakarta yaitu terjadinya banjir.
Dari sinilah lahir GCB (Gerakan Ciliwung Bersih). Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas air Sungai Ciliwung. Diinisiasi sejak 1989 dengan sejumlah tokoh lingkungan ikut bergabung seperti Prof. Emil Salim, Erna Witular, dan lain-lain.
"Dulu, tahun 1989, Sungai Ciliwung sebagai air baku air minum PAM itu, tercemar berat. Maka kita dirikan GCB. Setelah dua dekade (20 tahun), sampai tahun 2009 juga masih tercemar berat. Dan setelah 31 tahun, kualitas air Sungai Ciliwung mulai membaik yaitu kelas 2, sesuai dengan PP pemerintah," ungkap Ir. Peni Susanti Dipl. Est, Ketua GCB saat peringatan Hari Sungai Ciliwung ke-12 di tahun 2023, di Kantor Sekretariat GCB Jl. Penjernihan 1 No.10, Karet Tengsin, Kec. Tanah Abang, Jakarta Pusat, Selasa, 28 November 2023.
Lebih dari 3 dekade, GCB sudah melakukan banyak hal untuk melindungi dan memperkuat konservasi Sungai Ciliwung yang berdampak pada keberlanjutan penyediaan air bersih untuk jutaan penduduk di kawasan tersebut.
Mengembangkan wilayah Ciliwung sebagai pusat eduwisata, ekowisata, dan fasilitas riset keilmuan. "Hingga kita dapat penghargaan Kalpataru 2022. Penghargaan tertinggi di bidang lingkungan hidup, melalui inovasi pengelolaan sampah dari dan sekitar Ciliwung dengan metode TOSS (Tempat Olah Sampah Setempat) yang menghasilkan produk RDF (Refuse Derived Fuel) dan digunakan PT Indonesia Power sebagai salah satu sumber energi dalam pembangkitan listrik," ujar Peni.
Dalam rangka memeringati Hari Ciliwung ke-12 yang jatuh pada tanggal 11 November 2023, Gerakan Ciliwung Bersih (GCB) menyelenggarakan serangkaian kegiatan berupa Seminar lingkungan, kunjungan ke Refuse Derived Fuel (RDF) – Tempat Olah Sampah Setempat (TOSS) di Kantor Sekretariat GCB dan juga Kunjungan ke RDF Bantar Gebang, Bekasi.
Rangkaian kegiatan yang berlangsung dari 28 – 29 November 2023 diharapkan dapat memberikan informasi yang menyeluruh akan pemanfaatan sampah kemasan, baik sebagai bahan baku produk lain, juga dapat dimanfaatkan sebagai energi alternatif.
Seminar lingkungan GCB tahun ini mengangkat tema “Terobosan Inovatif Pengelolaan Sampah menjadi Energi Baru Terbarukan: Pengenalan Metode Integrated Resource Recovery Center (IRRC) dan RDF” sebagai sarana berbagi pengalaman bagi Pemerintah Daerah di Indonesia dalam penanganan sampah berkelanjutan.
Seminar ini merupakan hasil kolaborasi antara GCB dengan United Cities and Local Governments Asia Pacific (UCLG ASPAC).
Ir. Peni Susanti Dipl. Est, Ketua Gerakan Ciliwung Bersih (GCB) saat peringatan Hari Sungai Ciliwung ke-12. Foto: Novi
“Pada seminar kali ini, kami berbagi pengalaman penerapan metode IRCC yang dilakukan oleh GCB dan dikenal dengan metode TOSS. Melalui metode ini, RDF dibuat dengan menggunakan instalasi TOSS yang dibangun di lokasi sekretariat GCB dengan menggunakan metode fermentasi, pemrosesan biologis (proses lokal peuyeumisasi dengan menggunakan mikroba probiotik sebagai bioaktivator) di dalam sebuah keramba bambu yang membutuhkan waktu proses antara empat sampai total 10 hari. Setelah itu sampah dikeringkan, dicacah halus lalu dipadatkan menjadi pelet, bahan bakar yang berasal dari sampah perkotaan atau disebut RDF," terang Peni.
RDF adalah bahan bakar padat, likuid atau gas yang berasal/turunan dari sampah perkotaan (MSW). RDF sendiri merupakan biomassa yang masih berkadar sampah organik, yang dibedakan dari SRF (Solid Recovered Fuel) yang umumnya tanpa atau sedikit kandungan sampah organik-nya dengan kandungan mayor plastik dan kertas.
Diluncurkan sejak 2020, berkolaborasi dengan berbagai mitra, penerapan RDF TOSS produksi GCB secara perdana digunakan sebagai bahan co-firing batubara menjadi tenaga listrik di PLTU Banten 3 Lontar milik PT Indonesia Power. Hingga saat ini, hasil olahan pelet dari program TOSS GCB telah dimanfaatkan oleh PLTU mitra.
“Selain TOSS, kami juga terus berupaya meningkatkan animo masyarakat agar peduli pada kelestarian Sungai Ciliwung melalui program ekowisata dan eduwisata Ciliwung. Program tersebut diantaranya susur sungai, memanen hasil hidroponik ventikultur sambil menikmati kopi di Kedai pinggir Sungai Ciliwung. Inilah saatnya kami kenalkan wajah baru Sungai Ciliwung sebagai alternatif tujuan wisata di Jakarta sambil menimba ilmu tentang sungai, pelestarian sungai, dan lingkungan sekitar sungai,” ujar Peni.
Indofood Dukung GCB
Pada kesempatan ini, GCB memberikan apresiasi kepada PT Indofood Sukses Makmur Tbk yang telah mendukung GCB melalui pemasangan paving block hasil pengelolaan sampah etiket Indomie yang low value.
Hingga saat ini, total area yang telah dipasang paving block seluas 911 meter persegi dengan menggunakan 801.680 lembar kemasan etiket Indomie seberat 1,3 ton.
Head of Corporate Communications PT Indofood Sukses Makmur Tbk, Stefanus Indrayana menjelaskan, “Indofood terus berupaya menemukan solusi terbaik untuk sampah kemasan, baik secara mandiri maupun berkolaborasi dengan semua pihak, diantaranya dengan mendukung program GCB untuk edukasi dan pendaurulangan sampah kemasan dari masyarakat. Pemasangan paving block di sekretariat GCB ini merupakan media edukasi dan informasi kepada masyarakat bahwa sampah hasil pemilahan dapat didaur ulang menjadi paving block yang berkualitas setara dengan paving konvensional. Dengan metode TOSS yang telah diterapkan di GCB, menunjukkan bahwa sampah kemasan bernilai rendah seperti etiket Indomie dapat dijadikan energi alternatif, yaitu sebagai campuran sampah organik pada pembuatan pelet pengganti bahan bakar.”
GCB beri apresiasi pada Indofood yang telah mendukung, melalui pemasangan paving block hasil pengelolaan sampah etiket Indomie. Plakat diterima Bimantoro Panji Triadi, Head of CSR Dept, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (kanan). Foto: Novi
Hadir menerima plakat dari GCB, Bimantoro Panji Triadi, Head of CSR Dept, PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
"Pengelolaan sampah ini merupakan alternatif solusi. Selain mengedukasi, kita juga belajar banyak di sini. Ternyata, kemasan plastik bisa dimanfaatkan jadi paving block dengan kualitas yang tidak kalah. Ada manfaatnya juga dari sampah plastik ini. Kita belajar bagaimana metode TOSS membuat sampah jadi bermanfaat, bisa jadi pelet, bisa jadi bahan bakar. Dengan demikian, pelestarian lingkungan bisa lebih baik lagi," kata Bimantoro.
Peni sepakat bahwa metode TOSS telah memberikan manfaat bagi etiket bernilai rendah dapat menjadi energi alternatif yang dapat dimanfaatkan kembali, seperti bungkus Indomie.
GCB dengan visinya mewujudkan Sungai Ciliwung yang bersih, sehat, indah hijau, asri, dan lestari, akan terus berupaya agar Sungai Ciliwung dapat bermanfaat bagi kehidupan dan menjadi simbol peradaban umat manusia masa kini dan masa mendatang.
“Kami berharap, akan semakin banyak masyarakat terutama komunitas di sepanjang kali Ciliwung yang mengaplikasikan pengelolaan sampah dengan cara TOSS. Serta menjadikan Peringatan Hari Ciliwung ini sebagai momentum kita untuk terus menjaga kelestarian sungai dan sekitarnya demi lingkungan yang berkelanjutan,” tutup Peni.
Editor : M Mahfud
Artikel Terkait