Sejarah Sabuk Juara Interim yang Mengacaukan Dunia Tinju

Agan Aldi
Tyson Fury (Juara WBC) dan Dillian White (Juara Interim) dalam perebutan sabuk juara dunia kelas berat. Foto : Istimewa

DEPOK,iNewsDepok.id - Dalam dunia tinju, sebuah sabuk gelar bukan lagi tanda kehormatan sejati yang menggambarkan keunggulan seorang petinju.

Keberhasilan seorang petinju dalam memenangkan sabuk gelar dunia telah tercemar oleh fenomena sabuk interim yang semakin meluas.

Ironisnya, sabuk-sabuk interim ini telah menciptakan kebingungan yang tak terhindarkan di antara para penggemar dan merusak integritas gelar tinju. Fenomena ini muncul karena dorongan finansial dan pengakuan yang diberikan kepada petinju oleh badan pengatur seperti WBC, yang menciptakan sabuk interim sebagai peluang bisnis.

Salah satu akar masalahnya adalah terlalu banyak juara di setiap divisi tinju, dan bahkan di setiap badan pengatur tinju.

Awal mula dari gelombang sabuk gelar interim ini dapat ditelusuri hingga kasus Roy Jones dan gelar kelas ringan berat WBC. Jones menawarkan uang pengesahan besar kepada WBC untuk mengakui pertandingan sparring televisi dengan Mike McCallum sebagai pertarungan gelar.

WBC menerima tawaran ini, dan Jones menjadi juara kelas Berat Ringan Interim. Namun, ini hanya awalnya. Badan pengatur lainnya, seperti WBA dan IBF, segera mengikuti jejak ini dan menamai juara-juara interim baru di berbagai divisi.

Ini menciptakan kebingungan yang tak terhindarkan, karena beberapa petinju memiliki lebih dari satu sabuk gelar yang mereka bawa masuk ke dalam pertandingan.

Ketidakjelasan semakin meningkat ketika petinju seperti Kostya Tszyu, Zab Judah, dan Joel Casamayor, di antara lainnya, memenangkan "interim" world titles, bahkan ketika ada juara dunia yang sah dalam badan pengatur yang sama.

Hal ini membuat pertanyaan, apakah kita benar-benar memiliki satu juara dunia dalam setiap divisi tinju? Bagi penggemar dan penonton, ini adalah situasi yang sangat membingungkan dan menyulitkan untuk diikuti.

Masalah lainnya adalah bahwa sabuk-sabuk interim ini seringkali digunakan sebagai alat tawar-menawar dalam negosiasi pertandingan.

Petinju seperti Erik Morales, yang seharusnya menghadapi juara dunia WBC Guty Espadas, akhirnya bertarung untuk sabuk gelar Interim setelah cedera yang sah menimpa Espadas.

Ini menciptakan situasi di mana juara dunia sejati seringkali diabaikan dan petinju mengabaikan lawan-lawan terbaik mereka demi sabuk interim yang terkadang memiliki arti yang meragukan.

Selain mengaburkan garis antara juara dunia sejati dan juara interim, fenomena ini juga merusak integritas tinju sebagai olahraga. Banyak penggemar yang merasa bahwa badan pengatur seperti WBC, WBA, dan IBF harus melakukan langkah konkret untuk membatasi jumlah sabuk gelar di setiap divisi.

Ini akan mengembalikan kejelasan dalam tinju dan memberikan penghargaan yang seharusnya kepada petinju yang benar-benar layak mendapatkan gelar juara dunia.

Sebelum itu terjadi, kerusuhan sabuk gelar ini akan terus menjadi masalah yang menghantui dunia tinju, merampas kilauan dari gelar juara dunia sejati.

Editor : M Mahfud

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network