DEPOK, iNewsDepok.id - Terdapat 5 versi asal-usul kata Betawi, suku multietnis yang hidup di Jakarta. Beberapa sejarah mengungkap versi asal-usul kata Betawi yang berbeda.
Mengutip lama resmi Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik Pemprov DKI Jakarta, Suku Betawi terbentuk pada abad ke-17. Suku ini merupakan hasil akulturasi dari suku-suku dan bangsa lain, seperti Sumatera, Bali, Arab, China, hingga Portugis.
Dari percampuran yang beragam, beberapa memercayai kata Betawi sebagai penyebutan masyarakat percampuran genetik lewat perkawinan antaretnis dan ada yang menyebutnya berasal dari nama tumbuhan.
Lantas apa saja 5 versi asal-usul kata Betawi? Berikut 5 versi asal-usul kata Betawi, seperti dirangkum dari berbagai sumber pada Kamis (26/1/2023):
- Kata Batavia
Beberapa meyakini kata Betawi merupakan peralihan dari penamaan suku yang tinggal di tepi Sungai Rhein pada zaman kekaisaran Romawi, Batavia. Suku ini lahir karena percampuran genetik antara masyarakat yang mendiami wilayah tersebut.
Akibat percampuran genetik itu, terbentuklah menjadi komunitas besar di Batavia. Mereka kemudian melebur menjadi suku dan identitas baru yang bernama Betawi.
Batavia juga dijadikan sebagai nama sebuah kapal layar berukuran besar dari Belanda yang dimiliki VOC. Sejak 1621, pemerintahan Batavia dibentuk, pembangunan kota juga gencar dilakukan hingga 1650. Sejak itulah kota Batavia semakin ramai oleh para pedagang dari berbagai negara.
- Tumbuhan Guling Betawi
Cassia glauca atau tumbuhan guling Betawi merupakan jenis tanaman perdu yang kayunya bulat seperti guling dan mudah diraut serta kokoh. Batang pohon Betawi ini dulu banyak digunakan untuk pembuatan gagang senjata keris atau gagang pisau.
Tanaman guling Betawi banyak tumbuh di Sunda Kelapa, cikal bakal wilayah Jakarta, dan beberapa daerah di Pulau Jawa serta Kalimantan.
- Kata Pitawi
Berikutnya asal-urul kata Betawi disebut berasal dari kata pitawi. Kata itu berasal dari Bahasa Melayu Polinesia Purba yang maknanya larangan.
Kata ini mengacu pada kompleks bangunan yang dihormati di Batujaya. Kompleks ini merupakan sebuah kota suci yang tertutup.
Editor : Kartika Indah Kusumawardhani