JAKARTA, iNewsDepok.id - Winter is Coming! Begitu hal yang disampaikan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Jenderal Pol (Purn) Budi Gunawan.
Pernyataan itu disampaikan Budi Gunawan untuk menggambarkan kemungkinan situasi pada 2023 sebagai tahun yang gelap dan penuh ketidakpastian.
Pada 2023 adalah tahun yang dihantui oleh ancaman resesi dan inflasi dampaknya akan berpengaruh sampai ke daerah hingga pelosok-pelosok desa.
“Istilah Intelijen disebut, Winter is Coming,” ujar kepala BIN Budi Gunawan dalam Rakornas Kepala Daerah dan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) tahun 2023 di Sentul International Convention Center (SICC) pada Selasa (17/1/2023) lalu.
Kepala BIN Budi Gunawan. Foto: Ist
Oleh karenanya, Budi Gunawan mengajak kepala daerah dan Forkopimda untuk melakukan persiapan yang matang untuk menghadapi resesi dan inflasi.
Lantas bagaimana sikap Dewan Perwakilan Daerah atau DPD RI menanggapi early warning dari Kepala BIN Budi Gunawan tersebut.
Wakil Ketua DPD RI Sultan Bachtiar Najamudin mengatakan, dampak krisis energi dan pangan merupakan isu yang terkait langsung dengan pemenuhan kebutuhan pokok dan sangat mendasar bagi kehidupan masyarakat.
Nah, dalam konteks ini ketersediaan logistik atau ketahanan pangan dan energi memiliki pengaruh besar terhadap terciptanya keamanan dan ketertiban masyarakat.
"Karena kita punya pengalaman krisis moneter di masa lalu yang meninggalkan rekam jejak konflik horizontal seperti penjarahan dan kekacauan sosial lainnya yang sangat memilukan. Kemarahan masyarakat mengakibatkan penjarahan barang besar-besaran di pada yang 98 yang lalu. Terjadi perampokan di beberapa daerah. Selain itu terjadi kasus pelanggaran HAM dan isu rasisme," ujar dia dalam pesan tertulis yang dikirim Jumat 20 Januari 2023.
Jadi, kata dia, maka tak salah jika institusi BIN kemudian memberikan warning "winter is coming" kepada semua pihak terkhusus kepada pemerintah daerah.
Artinya, pemerintah daerah diminta oleh pihak keamanan untuk memastikan ketersediaan logistik pangan dan stok energi khususnya BBM harus menjadi perhatian di tengah meningkatnya eskalasi dan konfrontasi antara Rusia-Ukraina juga China dengan Taiwan.
Pemerintah daerah harus meningkatkan alokasi belanja daerah dan fokus pada program padat karya seperti pada proses ekstensifikasi dan intensifikasi pertanian.
Di sisi lain produksi energi baru terbarukan juga perlu diperhatikan oleh pemerintah daerah, khususnya daerah penghasil sawit dan CPO guna mendukung kebijakan B35 dan seterusnya. Dengan demikian inflasi dan badai PHK dapat dikendalikan.
"Dalam doktrin pertahanan nasional, kita juga mengetahui bahwa Ketahanan pangan nasional sangat identik dengan sistem pertahanan nasional. Sementara itu, ketahanan energi akan menentukan siapa yang akan menguasai dunia," beber dia.
"Siapa yang menguasai minyak dia yang akan menguasai dunia. Rusia sebagai negara utama penghasil minyak tentu akan mengurangi ekspor minyaknya. Di sisi lain China sebagai mitra dagang utama Indonesia akan mengurangi importasi komoditi dari Indonesia," sebutnya.
Dengan demikian neraca dagang Indonesia akan terkoreksi secara signifikan. Sementara cadangan devisa akan semakin menipis untuk memenangkan kebutuhan impor energi dan pangan yang meningkat.
Terlepas dari apapun perkiraan dan hasil Kajian yang disampaikan oleh Kepala BIN, pihaknya yakin dan optimistis bahwa badai krisis global yang sedang menghantui, tidak begitu berpengaruh dan memberikan dampak besar pada sistem perekonomian dan kehidupan sosial masyarakat Indonesia.
"Kami memaknai peringatan tersebut hanya untuk menjadikan kita mawas diri dan waspada. Selama stabilitas politik dan ekonomi bisa kita kendalikan, maka keteduhan sosial dan keamanan masyarakat dapat kita jaga bersama. Syaratnya adalah pemerintah baik pusat maupun daerah juga BB tentunya masyarakat harus secara gotong royong memastikan ketersediaan kebutuhan pangan dan energi masyarakat terpenuhi," katanya.
Masyarakat khususnya harus menahan diri dan tidak mudah terprovokasi oleh hoaks juga isu-isu sosial dan politik yang belum dibuktikan kebenarannya.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait