DEPOK, iNews.id - Kini era teknologi elektrik. Nyaris semua peralatan elektronik termasuk kendaraan bermotor, bertumpu dan beralih pada energi listrik. Maka kebutuhan energi listrik akan semakin besar saja dari waktu ke waktu. Dengan demikian, jelaslah bahwa pembangunan ekonomi Indonesia akan bergantung juga pada seberapa besar negeri ini sanggup mengelola ketersediaan energi listrik.
Diantara berbagai jenis pasokan energi, listrik hijau akan menempati urutan teratas dalam pengembangan di masa kini dan masa depan. Itu tak lepas dari isu penyelamatan bumi.
Maka pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) semakin mendapat tempat di dunia. Salah satunya, energi panas bumi. Indonesia dengan keberadaan ring of fire, memiliki potensi sangat besar. Tercatat 40 persen cadangan energi panas bumi dunia ada di bumi khatulistiwa ini.
Dengan potensi besar tersebut, Indonesia jelas memiliki keunggulan dalam pacuan kemajuan zaman. Ketersediaan energi menjadi modal utama pembangunan sebuah bangsa di era teknologi seperti sekarang dan lebih-lebih di masa depan.
Riki Ibrahim menjadi sosok penting dibalik ketersediaan energi listrik hijau di Indonesia. Ia adalah Direktur Utama PT Geo Dipa Energi (Persero). Latar belakang akademis dan karir profesionalnya menjadikan GDE tumbuh untuk menjadi salah satu tulang punggung penyediaan energi baru dan terbarukan di negeri ini.
PT Geo Dipa Energi (GDE) mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) di tiga wilayah yaitu Wonosobo, Banjarnegara, dan Bandung.
Di Wonosobo, GDE mengoperasikan proyek Dieng Unit 1 dengan kapasitas sebesar 60 MW yang terhubung ke jaringan Jawa-Madura - Bali melalui sistem interkoneksi. Selain itu, untuk memenuhi target usaha dilakukan peningkatan serta pengembangan kapasitas proyek Dieng 2 dan 3, masing-masing berkapasitas 55 MW. Pengembangan lebih lanjut akan terus dilakukan mengingat potensi energi panas bumi di sekitar Dieng diperkirakan mencapai 400 MW.
Sedangkan di Bandung, GDE telah menyelesaikan pembangunan 1 unit PLTP Patuha berkapasitas 60 MW. Dengan total potensi energi panas bumi yang dihasilkan di sekitar area tersebut mencapai 400 MW, maka GDE akan mengembangkan PLTP Patuha Unit 2 dan Unit 3, masing-masing dengan kapasitas 55 MW.
Lokasi ketiga sebenarnya masih di sekitaran Dieng, tetapi di wilayah Banjarnegara. Di lokasi yang dikenal sebagai Area Prospek Candradimuka, terdapat manifestasi panas bumi seperti fumarole, mata air panas, dan kaipohan. Ini menandakan Area Prospek Candradimuka memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi PLTP. Bedasarkan kajian ilmiah, area prospek Candradimuka mampu menghasilkan listrik sebesar 80 MW.
Keberhasilan GDE tentu saja tak lepas dari tangan dingin Riki Ibrahim. Sosok yang menjadi Dirut GDE sejak 3 November 2016 ini kenyang pengalaman di perusahaan energi. Sebelumnya ia menjabat Direktur Keuangan PT Tuban Petrochemical Industries.
Dari sisi dunia akademis, Riki Ibrahim bukanlah sosok asing dalam bidang energi. Ia mendapatkan gelar Post-master Degree di bidang Reservoir Engineering dari Standford University San Paulo, California, Amerika Serikat.
Riki Ibrahim juga mengantongi Master Degree di bidang Geothermal dan Petroleum Engineering Montana Tech, Butte, Montana, U.S.A .
Riki Ibrahim berpandangan ketenagalistrikan zero emisi harus menjadi motor pembangunan ekonomi. Baginya, ketersediaan tenaga listrik yang memadai harus ditingkatkan manfaatnya dan ditransformasikan menjadi nilai ekonomi yang lebih besar seperti petrokimia, tekstil, farmasi dan produk sektor lainnya yang dibutuhkan masyarakat dunia.
Editor : M Mahfud
Artikel Terkait