JAKARTA, iNewsDepok.id - Komite eksekutif dewan kota Odessa telah mendukung inisiatif untuk membongkar sebuah monumen untuk permaisuri Rusia Catherine II, umumnya dikenal sebagai Catherine yang Agung, yang mendirikan kota tersebut.
“Anggota komite eksekutif mendukung rancangan keputusan tentang pembongkaran dan pemindahan monumen kepada Pendiri Odessa,” tulis Dewan Kota Odessa di saluran Telegram resmi mereka pada Kamis (24/11/2022), seperti dikutip dari Russia Today.
Inisiatif tersebut sekarang akan dilakukan pemungutan suara oleh para deputi kota pada 30 November, setelah itu monumen tersebut dapat dipindahkan dari Lapangan Ekaterininskaya ke "taman masa lalu Kekaisaran dan Soviet" yang diusulkan.
Awal bulan ini, Walikota Odessa Gennady Trukhanov mengatakan dia secara pribadi mendukung rencana tersebut setelah pemungutan suara publik menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Odessa mendukung pembongkaran monumen, yang sekarang dilihat sebagai simbol penindasan Rusia.
Hanya sekitar 8.000 dari hampir satu juta penduduk kota yang ambil bagian dalam jajak pendapat. Sekitar 3.900 memilih untuk dihancurkan, tetapi hanya 2.900 dari pemilih tersebut yang memiliki status "dikonfirmasi", yang berarti mereka benar-benar tinggal di kota.
Monumen Catherine yang Agung, yang mendirikan kota Odessa pada akhir abad ke-18, telah dirusak beberapa kali sejak Moskow melancarkan serangan militernya terhadap Kiev pada akhir Februari. Pengacau telah menyiram monumen dengan cat merah dan meninggalkan tulisan seperti "Ekaterina = Putin" di alasnya.
Inisiatif untuk menghapus monumen itu secara resmi diajukan ke Dewan Kota oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada bulan Juli, setelah petisi online untuk mengganti patung itu dengan aktor porno Amerika Billy Herrington telah melewati ambang batas yang diperlukan untuk pertimbangan hukum. Petisi tersebut menggambarkan mendiang permaisuri sebagai “tokoh sejarah kontroversial yang tindakannya menyebabkan kerusakan besar pada kenegaraan dan budaya Ukraina.”
Otoritas dan aktivis Ukraina telah berulang kali menargetkan monumen bersejarah sejak Kiev mengesahkan undang-undang 'dekomunisasi' pada tahun 2015. Sementara tujuan yang dinyatakan adalah untuk membantu Ukraina memutuskan hubungan dengan masa lalu komunisnya, dalam praktiknya, hal itu juga telah digunakan untuk menargetkan setiap landmark yang dapat dihubungkan ke Rusia.
Moskow telah berulang kali mengkritik Kiev atas apa yang dianggapnya sebagai "Ukrainisasi dan de-Rusifikasi yang kuat" yang bertujuan menekan hak-hak sekitar seperempat populasi negara itu.
Editor : M Mahfud
Artikel Terkait