5. Karena pesantren bukan pabrik yang akan melahirkan produk yang sama outputnya, maka diperlukan kebijaksanaan oleh para pengasuh dan pengelola dalam mengatasi berbagai problematikanya yang muncul.
Salah satu wujud kebijaksanaan itu adalah dengan terus memohon pertolongan Allah dengan mujahadah, istighosah tirakat, doa-doa, dan muhasabah dari para pengelola sehingga santri-santri lebih mudah diarahkan dan dibimbing untuk menjadi anak yang sholeh-sholehah dan futuh ketika belajar ilmu serta bermanfaat ketika sudah kembali di masyarakat.
6.Kedisiplinan di pesantren tetap di berlakukan dengan penuh rasa tanggung jawab,
7. Segala bentuk takziran (hukuman) tidak berbentuk takzir fisik yg mengakibatkan luka sedikitpun. Hukuman diganti dengan takziran menjerakan yang mempunyai nilai tarbiyyah seperti menghafal surat surat pendek dan bait bait, qoidah-qoidah dll.
8. Saling mempunyai rasa kasih sayang dari dan kepada seluruh yang ada di pesantren
Demikian hasil rekomendasi yang bersifat otokritik dari pertemuan pesantren menyikapi sejumlah masalah akhir-akhir ini. Dengan rekomendasi tersebut, kalangan pesantren berharap bisa menyesuikan diri dari perkembangan tanpa kehilangan jati dirinya.
Editor : M Mahfud
Artikel Terkait