JAKARTA, iNewsDepok.id - Direktur Utama Rumah Sakit Pusat Infeksi Nasional Prof dr Sulianti Saroso, Mohammad Syahril mengungkap mengenai penyakit infeksi emerging atau emerging infectious diseases yang belakangan menjadi salah satu masalah kesehatan serius.
Hal tersebut disampaikan Syahril dalam dalam International Workshop on Managing Emerging Infectious Diseases among Front-Line Healthcare Workers, yang diselenggarakan oleh Pusat Infeksi Nasional, RSPI Prof dr Sulianti Saroso di bawah koordinasi Asia Pacific Economic Cooperation (APEC).
Menurutnya, penyakit ini infeksi emerging tidak hanya berbahaya bagi kesehatan masyarakat, tetapi juga menjadi beban ekonomi sebuah negara karena tingginya biaya penanggulangan.
Oleh karena itu, kata Syahril, kemampuan rumah sakit dan tenaga kesehatan dalam menangani penyakit infeksi emerging perlu ditingkatkan.
Lantas apa yang dimaksud dengan penyakit infeksi emerging? Penyakit infeksi emerging merupakan penyakit yang muncul dan menyerang suatu populasi untuk pertama kalinya atau telah ada sebelumnya.
Penyakit tersebut bisa meningkat dengan sangat cepat, baik dalam jumlah kasus baru di dalam satu populasi ataupun penyebarannya ke daerah geografis yang baru. Contohnya COVID-19, Mers-CoV, Avian Influenza (H5N1), dan SARS.
Sejak tahun 1970-an, menurut Syahrilm sebanyak 40 penyakit infeksi emerging sudah terdeteksi sejak 1970-an. Terakhir, muncul hepatitis akut yang misterius.
Menurutnya, penyakit-penyakit infeksi emerging ini menjadi penyebab kematian terbesar, terutama di negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Penyakit infeksi emerging ini memang mendapat perhatian khusus dan menjadi masalah kesehatan masyarakat serius, demikian seperti dilansir dari situs Infeksi Emerging Kementerian Kesehatan RI, Rabu (14/9/2022).
Pasalnya, penyakit ini tidak hanya menimbulkan kematian, tetapi juga membawa dampak sosial dan ekonomi yang besar dalam era globalisasi, saat seluruh dunia saling terhubung.
Syahril mengungkapkan penyakit infeksi emerging membuat pengeluaran negara membengkak. Biaya yang dikeluarkan negara-negara pada level regional dalam menanggulangi SARS bisa mencapai US$50 miliar. Bahkan, COVID-19 telah menekan pertumbuhan ekonomi di sejumlah negara hingga mengalami resesi.
Hingga saat ini, efek domino dari COVID-19 masih terasa, seperti kenaikan harga kebutuhan pokok karena ketersediaannya terbatas akibat pembatasan sosial.
Selain masalah biaya yang besar, di negara-negara berkembang anggota APEC, ketersediaan tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan untuk menangani penyakit infeksi emerging masih terbatas.
“Padahal, tenaga kesehatan menjadi garda terdepan dalam menangani penyakit menular," kata Syahril, seperti dikutip dari keterangan tertulisnya, pada Rabu (14/9/2022).
Melalui workshop internasional ini, Syahril berharap tenaga kesehatan bisa mendapat banyak pengetahuan karena merekalah yang menjadi garda terdepan dalam penanggulangan penyakit-penyakit infeksi emerging.
"Dengan demikian, bisa menanggulangi penyakit infeksi emerging dengan lebih baik," paparnya.
Sementara di sisi lain, rumah sakit juga bisa menangani penyakit infeksi emerging dengan lebih baik sehingga dampak yang ditimbulkan bisa diredam.
“Ke depannya, stabilitas perekonomian negara-negara APEC, baik negara maju maupun negara berkembang, bisa lebih terjaga,” pungkasnya.
Artikel ini tayang di iNews.id dengan judul “Mengenal Penyakit Infeksi Emerging yang Mengancam, Bisa Sebabkan Kematian.”
Editor : Kartika Indah Kusumawardhani
Artikel Terkait