Bahaya yang dapat ditimbulkan misalnya, mengonsumsi obat yang tidak tepat atau tidak dapat membedakan gejala yang sebenarnya disebabkan oleh penyakit fisik.
Namun tentunya tidak semua generasi muda mengikuti ‘tren’ self-diagnosis ini.
Berdasarkan wawancara singkat yang dilakukan bersama 5 mahasiswa di Jakarta, mereka menyebutkan bahwa meskipun mereka dapat ‘relate’ dengan suatu konten, tapi mereka telah menyadari bahwa diagnosis akan suatu kondisi kejiwaan hanya dapat dilakukan oleh profesional di bidang tersebut.
Berikut beberapa tips yang bisa dilakukan agar tetap kritis ketika menerima informasi dan menghindari akibat buruk dari self-diagnosis:
Editor : M Mahfud
Artikel Terkait