"Tetapi menggabungkan kota-kota penyangga dengan Jakarta juga tidak mudah, karena harus ada kajian mendalam oleh pakar, dan pembahasan oleh DPR serta1 pemerintah pusat," katanya.
Penggabungan ini, menurut Idris, juga berkaitan erat dengan pemindahan ibu kota negara (IKN) dari Jakarta ke Kalimantan Timur, karena jika Jakarta sudah tidak lagi menjadi IKN, potensi yang ada di Jakarta sayang jika tidak dikembangkan lagi.
"Karena itu perlu kerja sama dengan kota-kota penyangga" tegasnya
Seperti diketahui, banjir yang melanda Jakarta, juga kemacetan dan sampah yang menumpuk di sungai-sungainya, juga bersumber dari daerah-daerah di sekitarnya yang disebut sebagai daerah penyangga seperti Depok, Bogor dan Bekasi, karena Jakarta merupakan daerah dataran rendah, sehingga air yang menggelontor dari Bogor, Depok dan Bekasi melalui sungai-sungainya, melalui Jakarta sebelum mencapai laut.
Selain itu, kemacetan di Jakarta juga disumbangkan oleh daerah penyangga, karena tak sedikit warga dari daerah penyangga yang bekerja di Jakarta, atau menjadikan Jakarta sebagai salah satu tempatnya dalam menjalankan aktivitas berbisnis.
Ketika gubernur DKI Jakarta masih dijabat Sutiyoso (1997-2002 dan 2002-2007), mantan kepala BIN itu sempat menggagas konsep megapolitan yang menggabungkan Jakarta dan daerah-daerah penyangga dalam sebuah wilayah yang disebut Megapolitan, tetapi sampai sekarang konsep itu tidak terealisasi.
Karenanya, hingga kini Jakarta masih cukup kerepotan dalam mengatasi banjir. Apalagi karena Jakarta telah menjadi kota hutan beton dan minim ruang terbuka hijau, sehingga ketika hujan turun, air yang datang dari langit tak dapat langsung masuk dan terserap tanah, serta menggelontor menjadi air permukaan.
Jakarta berkali-kali dilanda banjir besar akibat curah hujan ekstrem yang dibarengi datangnya air dari Bogor dan Depok, serta naiknya air laut ke darat (rob) akibat pasang laut
Editor : Rohman
Artikel Terkait