JAYAPURA, iNews.id- Badan Nasional Penanggulangan Terorisme ( BNPT ) terus merangkul segenap pihak untuk mengangkat nilai-nilai toleransi dan moderasi beragama. Minggu (3/7/2022), BNPT meresmikan Papua Rumah Doa Segala Bangsa di Sentani, Jayapura.
Peresmian dihadiri Sekretaris Utama BNPT Mayjen TNI Dedi Sambowo, tokoh masyarakat Paulus Waterpauw (mantan Kapolda Papua), Kabaintelkam Polri Irjen Ahmad Dofiri, Kepala Badan Litbang Kemendagri Dr. Eko Prasetyanto, dan Ketua Umum PGI Pendeta Gomar Gultom.
Juga hadir Pendeta Lipiyus Biniluk Ketua FKUB ( Forum Kerukunan Umat Beragama ) Papua yang sekaligus menjadi tokoh pendiri Papua Rumah Doa Segala Bangsa.
Peresmian dilakukan Sekretaris Utama BNPT dengan menyembunyikan sirine.
Sestama BNPT Mayjen TNI Dedi Sambowo menegaskan Papua Rumah Doa merupakan mitra BNPT dalam menyebarkan ajaran cinta kasih dan penyelesaian konflik tanpa kekerasan. Caranya dengan menumbuhkan moderasi beragama termasuk di Papua.
"Papua Rumah Doa Segala Bangsa adalah mitra BNPT dalam menyebarkan nilai cinta kasih dan penyelesaian konflik tanpa kekerasan," terang Sestama BNPT.
Menurut Mayjen Dedi Sambowo nuansa moderat akan menumbuhkan sikap saling menghargai antar umat beragama. Dengan demikian akan mencegah konflik di tengah-tengah masyarakat Indonesia yang sangat beragam.
"Kerukunan antar umat beragama harus diawali dengan cara pandang, sikap dan perilaku keagamaan yang moderat. Seperti yang kita lihat pada peresmian Papua Rumah Doa Segala Bangsa ini. Kita tahu, Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Maka, diperlukan seni dalam merawatnya, dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat kita dapat meminimalisir adanya konflik," urai Dedi Sambowo.
Senada dengan Dedi Sambowo, Pendeta Lipiyus Biniluk Ketua FKUB ( Forum Kerukunan Umat Beragama ) Papua sekaligus pendiri Papua Rumah Doa Segala Bangsa mengatakan bahwa latar belakang pendirian tempat ini adalah aktivitas doa yang menjadi kewajiban setiap umat beragama.
“Keinginan kita untuk membangun tempat berdoa bagi semua umat manusia tanpa memandang agama, suku dan ras,” kata Lipiyus Biniluk.
Ia menyatakan doa adalah hal penting di agama manapun. Doa dipadu dengan puasa akan menjadi momen untuk menyadarkan diri bahwa manusia harus meminta pertolongan Tuhan. “Metode doa dan puasa ini pun kami lakukan dalam penyelesaian permasalahan - permasalahan di Papua. Papua rumah doa segala bangsa terbuka untuk siapapun, agama manapun," papar Lipiyus Biniluk.
Lipiyus menceritakan pengalamannya dengan Komjen Pol Dr Boy Rafli Amar, MH saat masih menjabat Kapolda Papua periode 2017 – 2018. Kepala BNPT ini menjadi sosok yang mendukung kegiatan doa dan puasa yang dilakukan umat di Papua.
“Salah satu kalimat dari Pak Boy yang saya ingat adalah 'doa dan puasa membuka intervensi Tuhan dalam segala persoalan', beliau benar - benar mendukung kami," cetus Lipiyus.
Lipus menambahkan pendekatan agama dan adat merupakan salah satu cara untuk menyelesaikan permasalahan kekerasan di Papua. Unsur agama dan adat kerap dilibatkan karena memiliki kohesivitas dalam kehidupan masyarakat Papua.
Editor : M Mahfud
Artikel Terkait