get app
inews
Aa Text
Read Next : Bahas Horor dan Misteri, Begini Strategi Nessie Judge Raih Banyak Cuan di YouTube Shopping Affiliate

Membangun Kontrol Sosial: FSPI Minta Konten Kreator Lebih Terbuka pada Kritik

Senin, 08 Desember 2025 | 20:09 WIB
header img
Hanya 24 Jam, Ferry Irwandi dan Kitabisa Kumpulkan Rp10,3 Miliar untuk Korban Bencana Sumatera. Foto: Istimewa

JAKARTA, iNewsDepok.id - Forum Silaturahmi Pemuda Islam (FSPI) melancarkan kritik tajam terhadap Ferry Irwandi yang mengaku merasa dipojokkan setelah kontennya tentang penanganan bencana Sumatera menuai sorotan.

FSPI menilai sikap konten kreator tersebut sebagai reaksi yang berlebihan dan menunjukkan ketidakdewasaan dalam menyikapi kritik.

Koordinator Presidium FSPI, Zuhelmi Tanjung, menegaskan bahwa respons Ferry menunjukkan mental anti-kritik dan ketidaksiapan bermain di ruang publik yang terbuka.

“Kalau tidak siap dikritik, jangan bermain di ruang publik. Kritik itu bukan penyerangan, tapi bagian dari kontrol sosial. Jangan sedikit-sedikit baper, lalu merasa dizalimi,” ujar Zuhelmi, Senin (8/12/2025).

Menurutnya, sikap Ferry yang memosisikan diri sebagai korban justru berpotensi mengalihkan fokus dari keakuratan informasi yang dibutuhkan publik di tengah situasi darurat.

“Ini bencana, bukan panggung drama. Publik butuh kejelasan, bukan narasi playing victim. Kalau kontennya dipersoalkan, hadapi dengan data, bukan dengan air mata,” tegasnya.

FSPI juga membantah anggapan bahwa permintaan klarifikasi adalah bentuk pemojokan atau intimidasi. Zuhelmi menyebut verifikasi adalah kewajiban yang sah demi menjaga akurasi informasi di ruang publik.

Ia mengingatkan, di tengah krisis, pembuat konten dituntut untuk lebih bertanggung jawab, bukan reaktif dan emosional. Konten spekulatif, tendensius, dan tidak berbasis data dinilai sangat berbahaya karena dapat memicu kepanikan dan bias persepsi.

“Jangan hanya mengejar viral lalu alergi terhadap kritik. Itu ciri influencer yang tidak siap dewasa,” lanjutnya.

FSPI menegaskan bahwa kebebasan berekspresi harus dibarengi dengan tanggung jawab moral. Zuhelmi pun meminta agar fokus utama publik dikembalikan kepada keselamatan dan pemulihan korban bencana.

“Berhentilah merasa paling tersakiti. Yang benar-benar terluka hari ini adalah para korban bencana,” pungkas Zuhelmi.

Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut