JAKARTA, iNews.id - Nasib apes dialami Ketua Umum Relawan Jokowi Mania (Joman), Immanuel Ebenezer.
Pasalnya, tindakannya menjadi saksi meringankan mantan Sekum Front Pembela Islam (FPI) yang didakwa melakukan tindak pidana terorisme oada sidang tanggal 23 Februari 2022 di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Timur, membuat dia tak hanya dipecat dari jabatan komisaris utama PT Mega Eltra, anak usaha PT Pupuk Indonesia (Persero), tapi juga dijuluki Kadrun Varian Baru dan distigma sebagai teroris.
Julukan dan stigma itu diberikan para pegiat media sosial pendukung Presiden Jokowi yang selama ini dicap sebagai buzzer.
Kadrun adalah sebutan para pendukung Jokowi di media sosial untuk menghina masyarakat yang berseberangan dengan pemerintahan Jokowi (oposisi), terutama yang beragama Islam. Kadrun akronim dari Kadal Gurun
"Tuduhan terhadap Munarman tidak beda dangan tuduhan yang ditujukan kepada saya saat Orde Baru yang ditumbangkan pada tahun 1998, di mana (saat itu) ada orang-orang kritis selalu distigma komunis. Stigma itu pernah kita rasakan, dan hari ini, di era Jokowi, ada stigma itu juga, dan saya marah pada stigma-stigma itu atau narasi-narasi yang berbasis kebencian, perpecahan, yang dilakukan kelompok Denny Siregar dan kawan-kawannya," kata Noel, sapaan Immanuel Ebenezer, seperti dikutip dari akun YouTube Lieus Sungkharisma Official, Selasa (29/3/2022).
Menurut relawan Jokowi yang pada 23 Maret 2022 lalu dipecat dari jabatan komisaris utama di PT Mega Eltra itu, stigma-stigma tersebut tidak baik bagi bangsa dan negara Indonesia. Dia bahkan melihat, demokrasi yang dia perjuangkan bersama para aktivis yang lain, mahasiswa, dan masyarakat dengan menumbangkan Orde Baru pada 1998, bukan yang seperti ini.
"Demokraai yang kita ingin adalah demokrasi berbasis gagasan, program, dan lain-lain, (sehingga) ketika mengikuti kontestasi politik, baik Pileg, Pilpres maupun Pilkada, kita maunya setelah selesai pesta demokrasi itu, kita riang gembira. Yang menang merangkul yang kalah, yang kalah mengakui yang menang. Itu demokrasi yang kita harapkan, bukan demokrasi yang selalu mengeskalasi kebencian, mengeskalasi perpecahan, dan ini seperti dipelihara, dirawat, dan ini tidak baik buat bangsa ini ke depan," katanya.
Ia pun menyesalkan karena demokrasi yang mengeskalasi kebencian dan perpecahan itu telah membuat Lieus Sungkharisma yang penganut agama Buddha dijuluki Kadrun.
"Saya orang Kristen dibilang varian baru Kadrun, distigma teroris. Padahal, saya ini pendukung Jokowi sejati, lho, dan sampai hari ini saya pendukung Jokowi. Tidak akan berubah," tegasnya.
Noel berharap demokrasi di Indonesia ke depan dapat diperkuat dengan rekonsiliasi, karena perpecahan masyarakat Indonesia di level bawah sudah begitu luar biasa.
"Kalau saya, (saya) ikuti perintah Presiden waktu lagi kuat-kuatnya Covid; Ayo kita satukan bangsa ini. Waktu itu dibikin Relawan Indonesia Bersatu atau RIB. Dibikin oleh Sandiaga Uno. Kita digabungkan di situ, tapi Sandi mendapat sanksi sosial waktu jalan dengan saya, karena ada yang mengatakan "Goodbye, Sandi" di Twitter, tapi nggak apa-apa, ini pematangan demokrasi," katanya.
Seperti diketahui, Denny Siregar yang disebut Noel adalah pendukung militan Presiden Jokowi yang juga dicap sebagai buzzer.
Ketika Noel menjadi saksi meringankan bagi Munarman, Denny termasuk pendukung Jokowi yang mengeritik Noel dan bahkan meminta Menteri BUMN Erick Thohir agar memecat Noel dari PT Mega Eltra karena dianggap membela teroris.
Ketika Noel dipecat dari BUMN pada 23 Maret lalu, Denny termasuk yang happy dan mengucapkan terima kasih kepada Erick Thohir, sementara pendukung Jokowi yang lain melambungkan tagar #TerimaKasihErickThohir hingga masuk trending Twitter Indonesia.
Foto: tangkapan layar
"Kita saja sebagai pendukung Jokowi diperlakukan seperti itu, kacau kan?" kata Noel.
Sebelumnya, saat diwawancarai media setelah menjadi saksi yang meringankan bagi Munarman, Noel mengatakan bahwa dia mengenal Munarman, dan tahu Munarman bukan teroris.
Dia bahkan mengatakan, tuduhan bahwa Munarman terlibat terorisme adalah tuduhan keji.
Terkait hal itu, juga pembelaannya terhadap Munarman, di akun YouTube Lieus Sungkharisma, Noel mengatakan begini: "Kebenaran bisa disalahkan, tapi tidak bisa dikalahkan".
Editor : Rohman