get app
inews
Aa Text
Read Next : Top! Oknum Jaksa Nakal Dibekuk KPK, Kejagung Ucapkan Terima Kasih

Ingin Membuka Pasar Ekspor? Ikuti Kisah Sukses para Pelaku di UKM-IKM Trade Expo 2025

Sabtu, 24 Mei 2025 | 15:08 WIB
header img
Diselenggarakan oleh CFCD Chapter Jakarta, UKM-IKM Trade Expo 2025 akan berlangsung pada 27–28 Mei 2025 di SME Tower Kementerian UMKM RI, Jakarta. Foto: Novi

Tengku Irham pun bercerita, salah satu contoh konkret adalah potensi investasi dari produsen asal Jerman. "Mereka memiliki kebutuhan besar akan lada hitam untuk pasar Eropa. Namun, keterbatasan pasokan lada hitam di Indonesia menjadi tantangan. Solusi yang ditawarkan adalah mengajak investor untuk membangun pabrik di Indonesia. Pemerintah daerah, seperti di Lampung, bahkan siap menyediakan lahan. Selain itu, dukungan teknologi dan bibit unggul juga akan disiapkan. Sebagai timbal balik, investor bersedia mengalokasikan dana sekitar 20 juta dolar per petani selama 6 tahun untuk program pembinaan, termasuk penyediaan bibit dan teknologi. Kesepakatan ini diharapkan dapat segera terealisasi dan menjadi contoh bagi kerjasama serupa di masa depan," paparnya.

Di sisi lain, lanjut Tengku Irham, tantangan juga muncul dari komoditas yang sudah mapan. Contohnya adalah kelapa. Permintaan ekspor kelapa bulat yang tinggi ternyata berdampak negatif pada ketersediaan bahan baku untuk industri dalam negeri. Harga kelapa melonjak drastis, dari Rp 6.000 menjadi Rp 18.000-Rp 20.000. Fenomena ini menunjukkan pentingnya keseimbangan antara mendorong ekspor dan memenuhi kebutuhan domestik. 

Kebijakan yang tepat diperlukan agar kekayaan alam Indonesia tidak hanya dinikmati oleh pasar internasional, tetapi juga memberikan manfaat bagi perekonomian dalam negeri. Solusinya adalah mendorong investasi pembangunan pabrik pengolahan kelapa di dalam negeri, sehingga nilai tambah produk dapat dinikmati di Indonesia.

"Lebih luas lagi, potensi ekspor Indonesia tidak hanya terbatas pada komoditas mentah. Kekayaan budaya dan warisan Nusantara, termasuk wastra seperti batik dan berbagai kain tradisional lainnya dari Sabang hingga Merauke, memiliki daya tarik unik di mata dunia," tambah Prof. Dr. Anna Mariana, Ketua Umum Komunitas Indonesia Internasional Fashion, Art, dan UKM yang turut hadir.

Anna mengingatkan, penting untuk dipahami bahwa wastra Indonesia tidak hanya batik. "Setiap daerah memiliki ciri khas dan sejarahnya masing-masing. Ironisnya, batik yang lahir di Pulau Jawa justru ditetapkan sebagai pakaian wajib di berbagai lapisan masyarakat, termasuk sekolah. Hal ini menimbulkan tantangan bagi daerah yang tidak memiliki tradisi batik," sebut Anna.

Untuk mengatasi hal ini, lanjut Anna, gerakan untuk membangkitkan dan melestarikan wastra daerah menjadi krusial. Masyarakat harus didorong untuk mengenali dan membeli produk wastra lokal, sehingga pengrajin di seluruh pelosok negeri dapat terus berkarya. 

Seni, termasuk seni tekstil, bersifat dinamis dan inovatif. Oleh karena itu, dukungan terhadap perajin lokal untuk mengembangkan ciri khas dan mengadopsi tren global, menjadi penting agar wastra Indonesia dapat menjadi bagian dari world fashion.

Dengan demikian, misi dan visi untuk memajukan industri fashion berbasis kearifan lokal, menjadi kekuatan ekonomi pro-negeri, dan berhasil menembus pasar internasional semakin terbuka lebar. 

Kunci keberhasilannya terletak pada sinergi antara pemerintah, pelaku UMKM, dan seluruh elemen bangsa untuk menjaga kualitas produk dan memahami dinamika pasar global. Jangan sampai teknologi dan cara produksi yang diterapkan justru merugikan citra produk Indonesia di mata dunia. 

Dengan semangat "Berani Inovasi dan Siap Adaptasi", UMKM Indonesia siap mengukir prestasi gemilang di panggung internasional.

Editor : M Mahfud

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut