Ingin Membuka Pasar Ekspor? Ikuti Kisah Sukses para Pelaku di UKM-IKM Trade Expo 2025
JAKARTA, iNews Depok.id - Kabar gembira menghampiri para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia. Kementerian Perdagangan kini membuka lebar pintu ekspor bagi produk-produk unggulan tanah air. Langkah ini bukan sekadar wacana, melainkan sebuah gerakan nyata yang didukung penuh melalui berbagai inisiatif, termasuk dukungan biaya untuk berbagai acara yang bertujuan memuluskan jalan UMKM ke kancah internasional.
Salah satunya melalui gelaran UKM-IKM Trade Expo 2025. Bagaimana cerita di balik produk-produk lokal Indonesia yang kini mulai dilirik pasar dunia? Apa tantangan dan peluang pelaku UKM-IKM saat mencoba ekspor untuk pertama kalinya? Semuanya akan terjawab.
UKM-IKM Trade Expo (UITE) 2025, sebuah acara yang tidak hanya menjadi ajang pameran, tapi juga ruang berbagi cerita dan strategi menuju pasar global.
Diselenggarakan oleh CFCD Chapter Jakarta, UKM-IKM Trade Expo 2025 akan berlangsung pada 27–28 Mei 2025 di SME Tower Kementerian UMKM RI, Jakarta, menghadirkan format unik: pameran produk unggulan, bincang santai bertajuk “UKM-IKM Go Global”, serta sesi eksklusif International Business Clinic (IBC) yang mempertemukan pelaku usaha langsung dengan pakar perdagangan internasional.
Pertumbuhan UMKM di Indonesia tidak hanya tercermin dari jumlah unit usaha yang terus meningkat, tetapi juga dari kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional.
Dengan lebih dari 65 juta unit usaha yang menyumbang 61,07% terhadap PDB dan menyerap 97% tenaga kerja, UMKM menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia.
Dukungan pemerintah melalui digitalisasi, akses permodalan, dan pelatihan bisnis telah mendorong inovasi dan ekspansi UMKM ke pasar global.
UKM-IKM Trade Expo 2025 hadir sebagai wadah strategis untuk memperkuat peran UMKM dalam perekonomian nasional dan internasional.
Pameran ini akan dibuka secara resmi oleh Menteri UMKM Republik Indonesia, dan dihadiri sejumlah tokoh penting seperti Gubernur DKI Jakarta, Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional (Kemendag RI), dan Dirjen Industri Kecil Menengah dan Aneka (Kemenperin RI).
Dengan mengusung tema “UKM-IKM Menembus Pasar Global: Memahami Peluang, Menjawab Tantangan Ekspor”, pameran ini tak hanya menampilkan produk, tapi juga kisah-kisah inspiratif dari pelaku UKM-IKM yang telah menapaki jalur ekspor.
Talk Show dan Bincang Santai yang diselenggarakan selama pameran berlangsung akan menghadirkan berbagai narasumber yang sangat menarik: Atase Perdagangan dan Kepala ITPC dari negara-negara tujuan ekspor seperti Arab Saudi, Belanda, Jepang, hingga Australia; Praktisi diaspora Indonesia yang telah sukses membangun pasar luar negeri; Konsultan global supply chain; Pelaku ekspor UKM yang akan membagikan "behind the scene" perjuangan mereka.
Sementara International Business Clinic (IBC) memungkinkan peserta bertemu langsung dalam sesi 1-on-1 dengan perwakilan dagang internasional dan praktisi ekspor, untuk menguji kesiapan dan strategi mereka secara praktis dan personal.
Acara ini juga mendapatkan dukungan penuh dari ID SEED (Indonesia Diaspora SME Export Empowerment & Development), yang aktif menghubungkan UKM Indonesia dengan pasar luar negeri. “Kami dari Diaspora Indonesia yang tersebar di berbagai negara sangat mendukung acara ini. UKM-IKM Trade Expo adalah inisiatif konkret untuk menghubungkan mimpi pelaku UKM dengan kenyataan pasar global,” ujar Ira Damayanti, Ketua Umum ID SEED.
Pada acara Konferensi Pers dan Bincang Santai "Bincang Karya: Dari Lokal Untuk Dunia" yang digelar oleh Corporate Forum for CSR Development (CFCD) pada hari Jumat (23/5) siang di SME Tower, jelang acara UKM-IKM Trade Expo 2025 (27-28 Mei 2025) di lokasi yang sama, hadir sebagai pembicara: Tengku Irham, Sekjend ID SEED; Hartanto Indradi, Ketua CFCD Jakarta; Thendri Supriatno, Ketua Umum CFCD; dan Sidharta Murshid, Penasehat CFCD Jakarta.
Hartanto Indradi, menegaskan bahwa semangat kolaboratif adalah kunci keberhasilan ekspor; “Kami ingin membuktikan bahwa UKM-IKM Indonesia tidak hanya bisa tampil di dalam negeri, tapi juga siap bersaing di dunia. Lewat gotong royong lintas sektor, kita bawa karya lokal ke panggung global.”
Ditambahkan Tengku Irham, lebih dari sekadar mengirim barang ke luar negeri, "UMKM Bisa Ekspor" memiliki makna mendalam: Berani Inovasi dan Siap Adaptasi (BISA). Inovasi menjadi kunci utama mengingat persaingan global yang ketat. Produk Indonesia harus memiliki keunggulan, sentuhan pembeda yang membuatnya lebih menarik dibandingkan produk dari negara lain. Seringkali, produk yang ditawarkan di pasar internasional memiliki kemiripan, sehingga inovasilah yang akan menjadi daya tarik utama.
Namun, inovasi saja tidak cukup. Aspek Siap Adaptasi memegang peranan krusial. Produk yang akan diekspor harus mampu menyesuaikan diri dengan berbagai regulasi, standar, dan preferensi pasar di negara tujuan. Adaptasi ini mencakup segala aspek, mulai dari kemasan, labelisasi, hingga pemenuhan persyaratan kualitas dan keamanan yang berlaku di negara impor.
Saat ini, pemerintah gencar mendorong ekspor melalui skema yang semakin diperkuat. Tema sentralnya adalah memberikan pemahaman yang lebih mendalam kepada kalangan UMKM dan Kreatif (KF) mengenai seluk-beluk menembus pasar global. Pendekatan yang diterapkan bukanlah target "top-down" yang kaku. Sebaliknya, fokus utama adalah memfasilitasi investasi dan pertumbuhan berkelanjutan bagi UMKM yang memiliki produk berpotensi dan kemauan untuk berkembang.
Tengku Irham pun bercerita, salah satu contoh konkret adalah potensi investasi dari produsen asal Jerman. "Mereka memiliki kebutuhan besar akan lada hitam untuk pasar Eropa. Namun, keterbatasan pasokan lada hitam di Indonesia menjadi tantangan. Solusi yang ditawarkan adalah mengajak investor untuk membangun pabrik di Indonesia. Pemerintah daerah, seperti di Lampung, bahkan siap menyediakan lahan. Selain itu, dukungan teknologi dan bibit unggul juga akan disiapkan. Sebagai timbal balik, investor bersedia mengalokasikan dana sekitar 20 juta dolar per petani selama 6 tahun untuk program pembinaan, termasuk penyediaan bibit dan teknologi. Kesepakatan ini diharapkan dapat segera terealisasi dan menjadi contoh bagi kerjasama serupa di masa depan," paparnya.
Di sisi lain, lanjut Tengku Irham, tantangan juga muncul dari komoditas yang sudah mapan. Contohnya adalah kelapa. Permintaan ekspor kelapa bulat yang tinggi ternyata berdampak negatif pada ketersediaan bahan baku untuk industri dalam negeri. Harga kelapa melonjak drastis, dari Rp 6.000 menjadi Rp 18.000-Rp 20.000. Fenomena ini menunjukkan pentingnya keseimbangan antara mendorong ekspor dan memenuhi kebutuhan domestik.
Kebijakan yang tepat diperlukan agar kekayaan alam Indonesia tidak hanya dinikmati oleh pasar internasional, tetapi juga memberikan manfaat bagi perekonomian dalam negeri. Solusinya adalah mendorong investasi pembangunan pabrik pengolahan kelapa di dalam negeri, sehingga nilai tambah produk dapat dinikmati di Indonesia.
"Lebih luas lagi, potensi ekspor Indonesia tidak hanya terbatas pada komoditas mentah. Kekayaan budaya dan warisan Nusantara, termasuk wastra seperti batik dan berbagai kain tradisional lainnya dari Sabang hingga Merauke, memiliki daya tarik unik di mata dunia," tambah Prof. Dr. Anna Mariana, Ketua Umum Komunitas Indonesia Internasional Fashion, Art, dan UKM yang turut hadir.
Anna mengingatkan, penting untuk dipahami bahwa wastra Indonesia tidak hanya batik. "Setiap daerah memiliki ciri khas dan sejarahnya masing-masing. Ironisnya, batik yang lahir di Pulau Jawa justru ditetapkan sebagai pakaian wajib di berbagai lapisan masyarakat, termasuk sekolah. Hal ini menimbulkan tantangan bagi daerah yang tidak memiliki tradisi batik," sebut Anna.
Untuk mengatasi hal ini, lanjut Anna, gerakan untuk membangkitkan dan melestarikan wastra daerah menjadi krusial. Masyarakat harus didorong untuk mengenali dan membeli produk wastra lokal, sehingga pengrajin di seluruh pelosok negeri dapat terus berkarya.
Seni, termasuk seni tekstil, bersifat dinamis dan inovatif. Oleh karena itu, dukungan terhadap perajin lokal untuk mengembangkan ciri khas dan mengadopsi tren global, menjadi penting agar wastra Indonesia dapat menjadi bagian dari world fashion.
Dengan demikian, misi dan visi untuk memajukan industri fashion berbasis kearifan lokal, menjadi kekuatan ekonomi pro-negeri, dan berhasil menembus pasar internasional semakin terbuka lebar.
Kunci keberhasilannya terletak pada sinergi antara pemerintah, pelaku UMKM, dan seluruh elemen bangsa untuk menjaga kualitas produk dan memahami dinamika pasar global. Jangan sampai teknologi dan cara produksi yang diterapkan justru merugikan citra produk Indonesia di mata dunia.
Dengan semangat "Berani Inovasi dan Siap Adaptasi", UMKM Indonesia siap mengukir prestasi gemilang di panggung internasional.
Editor : M Mahfud