Pabrik Baru Proline Pacu Kemandirian Alkes, Produksi Meningkat 4 Kali Lipat dan Sasar Global
CIKARANG, iNews.id – Sebuah tonggak penting dalam upaya mewujudkan kemandirian alat kesehatan (alkes) nasional kembali terukir. PT Prodia Diagnostic Line (Proline), entitas di bawah bendera Prodia Group, meresmikan fasilitas produksi terbarunya di jantung Kawasan Industri Jababeka III, Cikarang, Bekasi, Jawa Barat pada Jumat, 25 April 2025.
Acara peresmian ini bukan sekadar seremonial, melainkan penanda babak baru bagi Proline dalam merespons kemajuan teknologi dan dinamika kebutuhan pelayanan kesehatan di Indonesia.
Direktur Jenderal Kefarmasian & Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, dr. Lucia Rizka Andalusia, hadir dan memberikan apresiasi atas langkah strategis Proline ini.
Lucia mengenang pertemuan awal dengan Founder & Komisaris Utama Proline, Bapak Andi Widjaja, yang diinisiasi oleh Direktur PT Prodia Utama, Endang W. Hoyaranda.
Lebih jauh, Lucia juga menyinggung kolaborasi sebelumnya dalam pembukaan fasilitas stemcell, sebuah bukti komitmen Prodia Group terhadap inovasi di bidang kesehatan.
"Hari ini, kita menyaksikan bersama peresmian fasilitas baru Proline," ujar Lucia dengan antusias. "Peran Proline dalam mendukung sistem transformasi kesehatan di Indonesia ini sangat besar," seru Lucia.
Lucia menekankan agenda besar Kementerian Kesehatan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat, meningkatkan kualitas hidup, dan memperpanjang angka harapan hidup. "Sebuah contoh nyata adalah Bapak Andi Widjaja sendiri, yang di usia 89 tahun, jauh melampaui rata-rata harapan hidup bangsa (74 tahun) dan masih terus berkarya," ujar Lucia.
Lebih lanjut, Lucia memaparkan tiga tugas utama Kementerian Kesehatan dalam ClickBin yang diamanatkan oleh Bapak Presiden: penanggulangan tuberkulosis, screening kesehatan, dan peningkatan kualitas layanan kesehatan.
Ketiga agenda ini, menurut Lucia, sangat membutuhkan dukungan ketersediaan perbekalan kesehatan, terutama alat kesehatan in vitro diagnostic (IVD).

Program screening kesehatan gratis (PKG) menjadi sorotan utama. "Dalam pelaksanaan PKG ini, kita membutuhkan sangat banyak alat-alat kesehatan terutama untuk IVD, dan tentunya kita mengharapkan ini dapat disuplai 100% oleh produk Indonesia," tegas Lucia. Alasan di baliknya sangat jelas, yaitu mewujudkan pilar ketiga transformasi kesehatan: resiliensi terhadap pembekalan kesehatan, farmasi, dan alat kesehatan. Kemampuan untuk memasok kebutuhan sendiri tanpa bergantung pada impor adalah kunci ketahanan.
Ketersediaan yang cepat dan pemerataan di seluruh Indonesia, termasuk 10.000 puskesmas dan 80.000 desa yang akan segera memiliki klinik dan apotek desa, menjadi prioritas. Dengan tantangan geografis yang ada, produk dalam negeri diharapkan dapat menjaga rantai pasokan dengan baik, menghindari kekurangan dan keterlambatan, serta menjamin kualitas.
Lucia juga menyoroti pentingnya affordability atau keterjangkauan harga. Dengan semakin besarnya fasilitas produksi Proline, diharapkan biaya produksi dapat menurun dan harga menjadi lebih terjangkau, sehingga upaya menyehatkan 280 juta penduduk Indonesia tidak membebani APBN secara berlebihan.
Di tengah ketidakstabilan politik dan perdagangan global, ketahanan produksi dalam negeri menjadi semakin krusial. Lucia berharap Indonesia tidak hanya tangguh di dalam negeri, tetapi juga di tingkat regional, bahkan Asia Tenggara, menjadi pusat produksi alat kesehatan.
Lucia juga mengapresiasi ekosistem yang dibangun oleh Prodia Group, dimana riset menjadi inti dari setiap pengembangan bisnis. Keterlibatan akademisi, seperti dari PDS Patologi Klinik dan Universitas Padjadjaran (UNPAD), dalam pengembangan produk Proline menunjukkan komitmen terhadap inovasi berbasis riset.
Dukungan terhadap riset juga datang dari berbagai pihak, termasuk direktur rumah sakit vertikal, yang menyadari bahwa riset adalah kunci kemajuan sebuah industri.
Bapak Andi Widjaja, mengatakan, fasilitas produksi baru ini merupakan salah satu ide untuk semakin mendorong kemandirian produksi alkes dan reagen buatan dalam negeri.
“Dengan diresmikannya fasilitas produksi baru ini, Proline optimis dapat berkontribusi terhadap permintaan alkes dan reagen yang terus meningkat setiap tahun sehingga rantai pasokan fasilitas kesehatan akan kebutuhan alkes dari dalam negeri tetap dapat terjaga. Disisi lain, Proline juga siap berkontribusi mengamankan jumlah produksinya untuk mendukung program pemeriksaan kesehatan gratis dari pemerintah yang membutuhkan alkes dan reagen dalam jumlah banyak,” jelas Bapak Andi Widjaja.
Direktur Proline, Cristina Sandjaja, menyampaikan, “Dengan perluasan fasilitas ini, kami dapat meningkatkan kapasitas produksi untuk berbagai lini, termasuk Kimia Klinik, Hematologi, Rapid Test, dan Instrumen Diagnostik. Saat ini, produk Proline telah digunakan oleh lebih dari 7.000 fasilitas Kesehatan, baik pemerintah maupun swasta termasuk puskesmas, rumah sakit, dan klinik di seluruh Indonesia. Kami terus memperkuat komitmen untuk menghadirkan produk berkualitas tinggi buatan lokal yang mampu menjangkau lebih banyak fasilitas kesehatan.”
Cristina juga menambahkan bahwa fasilitas produksi baru ini mampu mendongkrak peningkatan produksi berbagai lini, seperti pada produk Kimia Klinik yang naik 3 kali lipat menjadi 960.000 kit per tahun, Rapid Test meningkat 4,5 kali lipat menjadi 22,5 juta tes, dan instrumen naik 4 kali lipat menjadi 4.000 unit per tahun, serta penambahan fasilitas baru untuk biomolekuler dengan kapasitas hingga 5 juta tes per tahun.
Target jangka panjangnya adalah memenuhi kebutuhan seluruh fasilitas kesehatan di Indonesia serta memperluas penetrasi pasar ekspor hingga 20% lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya.
Sebagai pemegang 39% saham Proline sejak tahun 2024, Prodia menyambut baik pengembangan fasilitas produksi baru sebagai langkah strategis dalam memperkuat industri alat kesehatan nasional.
Direktur Keuangan Prodia, Liana Kuswandi, menyampaikan bahwa langkah ini diyakini akan memberikan nilai tambah bagi kedua perusahaan.
“Kami percaya bahwa pengembangan ini akan memberikan nilai strategis dan berdampak positif bagi pertumbuhan Proline maupun Prodia,” ujar Liana.
Liana juga menekankan pentingnya kolaborasi antar kedua perusahaan ini untuk memperkuat ekosistem kesehatan yang berkelanjutan di Indonesia.

Pada kesempatan yang sama, dr. Günther Gorka selaku CEO DiaSys Diagnostic Systems GmbH, mitra global Proline, turut mengapresiasi langkah ekspansi Proline dalam menyediakan alkes dan reagen berstandar internasional di Indonesia.
Gorka berharap fasilitas baru ini mendorong Proline menjadi pemain kunci di pasar dalam dan luar negeri, serta siap mendukung inovasi Proline untuk memajukan industri alat kesehatan nasional.
Proline telah menjadi pionir produsen alkes dan reagen yang mengacu pada standar mutu nasional dan internasional. Hal ini dibuktikan dari penayangan Alat Kesehatan Dalam Negeri (AKD) untuk reagen kimia klinik di e-Katalog Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) sejak tahun 2015, dengan TKDN sebesar 42,10%-55,85%.
Untuk terus mendorong peningkatan TKDN di atas 40%, Proline berupaya memaksimalkan penggunaan bahan baku lokal, khususnya untuk bahan non-enzim dan bahan kemas, serta memroduksi sendiri komponen berbahan metal untuk seluruh instrumen yang dihasilkan.
Proline konsisten dalam menjamin kualitas produksinya melalui sertifikasi ISO 13845:2016 yang telah diperoleh sejak tahun 2013 yang mencakup keseluruhan proses dari desain, produksi hingga manufaktur dan terus diperbaharui seiring ekspansi produk.
Cristina juga menjelaskan bahwa produk utama Proline adalah Gaget Kimia Clinic dengan 19 parameter yang telah diproduksi dan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) di atas 40%.
Tantangan masih ada pada bahan baku impor seperti enzim, yang memengaruhi capaian TKDN. Namun, untuk produk instrumen seperti alat hematologi 3D, TKDN sudah mencapai 43%.
"Di fasilitas yang baru ini, kami akan memiliki unit metal processing untuk alat instrumen," ungkap Cristina. "Kami harap dengan adanya fasilitas ini, TKDN akan lebih tinggi lagi karena semuanya akan diproses di sini," jelasnya.
Kapasitas produksi pun meningkat signifikan, hingga empat kali lipat lebih tinggi dari fasilitas sebelumnya. Contohnya, untuk hematologi, kapasitas meningkat dari 180 pack per tahun menjadi 900 pack per tahun.
Cristina menambahkan bahwa kapasitas manufaktur memiliki dua aspek: kapasitas terpasang (installed capacity) dan kapasitas produksi riil, yang bergantung pada permintaan pasar. Dengan fasilitas baru ini, Proline memperkirakan kapasitas produksi mereka baru akan mencapai 20-30% dari kapasitas terpasang, menunjukkan potensi besar untuk berkembang, baik di pasar Indonesia maupun regional.
Cristina juga menyoroti perbedaan signifikan antara fasilitas lama (2 lantai, 2 meter persegi) dengan fasilitas baru (5.500 meter persegi), yang memungkinkan Proline untuk mengembangkan lini produksi baru seperti hematologi dengan peralatan yang lebih canggih dan otomatis.

Lebih jauh, Cristina menjelaskan bahwa produk-produk Proline mendukung program pemeriksaan kesehatan gratis pemerintah, mencakup berbagai panel pemeriksaan seperti fungsi ginjal, hati, dan profil lipid. Permintaan akan produk-produk ini terus meningkat, dan Proline siap memenuhinya.
Cristina juga menyinggung implementasi kebijakan TKDN minimal 40% yang dicanangkan pemerintah. Meskipun saat ini sebagian kebutuhan reagen masih dipenuhi oleh produk impor karena sisa stok, tambah Bapak Andi Widjaja, mereka optimis bahwa dalam satu hingga dua tahun ke depan, seluruh kebutuhan pemeriksaan kesehatan gratis akan dapat dipenuhi oleh produk dalam negeri, terutama karena Proline menjadi salah satu produsen utama untuk berbagai jenis reagen.
"Jadi ini harus dibedakan, bukan lalu kita ini memroduksi kemampuan sekian. Dasarnya kita ini satu-satunya yang memroduksi semua itu tadi," ucap Bapak Andi Widjaja seraya menekankan peran vital Proline dalam kemandirian alat kesehatan nasional.
Dengan peresmian fasilitas baru ini, Proline tidak hanya meningkatkan kapasitas produksi, tetapi juga menegaskan komitmennya terhadap inovasi, kualitas, dan kontribusi nyata bagi kesehatan masyarakat Indonesia, serta membuka peluang untuk menjadi pemain kunci di pasar regional.
Editor : M Mahfud