Urgensi Pendanaan Transisi Energi, CPI Luncurkan Buku “Siapa Bayar Apa Untuk Transisi Hijau?"
Abdul Kohar selaku Direktur Pemberitaan Media Indonesia menambahkan, “Kami sangat antusias dan berkomitmen untuk menjadi bagian dari upaya kolektif dalam menghadapi tantangan perubahan iklim, khususnya melalui penyediaan informasi yang akurat dan mendalam. Peluncuran buku ‘Siapa Bayar Apa Untuk Transisi Hijau?’ merupakan langkah konkret kami dalam mendukung pemahaman publik terhadap tantangan dan peluang pembiayaan transisi energi di Indonesia. Harapan kami, buku ini dapat menjadi referensi penting bagi para pengambil kebijakan, pelaku industri, akademisi, dan masyarakat luas dalam mendorong transisi yang adil, inklusif, dan berkelanjutan.”
Ironisnya, di tengah urgensi transisi energi, kebijakan yang ada justru menunjukkan arah yang berlawanan. Para pegiat transisi hijau melihat ini sebagai peluang emas untuk memajukan perekonomian Indonesia.
Energi terbarukan, sebagai teknologi masa depan, berpotensi menarik investasi, menciptakan lapangan kerja, bahkan menurunkan biaya listrik bagi masyarakat sekaligus membuka peluang mereka menjadi produsen energi.
Tren global pun menunjukkan perusahaan-perusahaan kini aktif mencari negara dengan pasokan energi bersih.
Namun, narasi yang berbeda justru mendominasi bahasan kebijakan. Transisi energi seringkali dianggap sebagai beban biaya yang terlalu tinggi bagi Indonesia. Hal ini tercermin dalam revisi target bauran energi terbarukan yang ambisinya justru diturunkan.
Padahal, para pegiat melihatnya sebagai peluang investasi yang seharusnya dikejar. Pertanyaan mendasar pun muncul: bagaimana cara menarik investasi untuk membiayai perubahan krusial ini?
Kabar baiknya, transisi energi di Indonesia sebenarnya sudah mulai berjalan. Pembangunan fasilitas energi terbarukan, baik skala besar maupun kecil, sudah terlihat. Bahkan, beberapa rumah tangga, kawasan industri, dan bangunan komersial telah memanfaatkan panel surya. Namun, akselerasi menjadi kunci. Target-target yang ditetapkan belum tercapai, sehingga diperlukan upaya yang lebih cepat dan terkoordinasi.

Buku ini hadir sebagai panduan bagi para pembuat kebijakan, pengamat ekonomi, keuangan, dan kebijakan, serta para pegiat transisi energi.
Ditulis oleh 10 penulis dengan latar belakang beragam, mulai dari pakar hingga praktisi di bidang perbankan, energi, ekonomi, dan akademisi, buku ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mendalam mengenai mekanisme pendanaan transisi energi.
Lebih dari sekadar menambah wawasan, buku ini diharapkan mampu menumbuhkan kepedulian terhadap isu krusial ini, menyadarkan masyarakat akan pentingnya transisi energi bagi lingkungan, daya saing bangsa, pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan pemanfaatan teknologi dalam negeri.
Mengingat energi adalah kebutuhan fundamental bagi semua sektor, transisinya harus menjadi perhatian seluruh elemen bangsa.
Salah satu argumen kuat yang dikemukakan adalah peningkatan daya saing melalui energi terbarukan. Biaya teknologi energi terbarukan terus menurun seiring perkembangan zaman, sementara biaya energi fosil diprediksi akan terus meningkat akibat eksternalitas negatif yang ditimbulkannya, seperti polusi.
Pergeseran ke energi terbarukan menjadi pilihan yang semakin kompetitif. Meskipun tantangan dalam transisi ini tidak bisa diabaikan, tantangan tersebut harus dihadapi dan dicarikan solusinya bersama, bukan dihindari.
Buku ini tersedia dalam format cetak (terbatas 100 eksemplar gratis) dan digital (gratis melalui QR code dan tautan). Proses pembuatannya memakan waktu lebih dari satu tahun, menunjukkan keseriusan dalam menyajikan informasi yang komprehensif dan relevan bagi para pemangku kepentingan.
Editor : M Mahfud