Max Mara Fall-Winter 2025, Srikandi Tak Berbatas

Mantel menjadi pusat perhatian dalam pagelaran kali ini - dari greatcoat dengan nuansa militer, frock coat ala squire (mantel panjang yang elegan dengan potongan khas bangsawan tanah Inggris), parka-de-luxe dengan kantong utilitarian bellow, hingga cape, clutch coat yang longgar dan menghangatkan, serta robe-de-chambre (reinterpretasi mode mewah Max Mara akan gaun jubah rumah) dengan paduan rajutan di bagian belakang dan lengan.
Cascia adalah warna eksklusif Max Mara yang menggambarkan palet warna batu dan langit Yorkshire, tanah kelahiran Brontë, dalam gradasi dari warna terang ke nuansa gelap. Kain double-face yang padat, wool worsted ringan dengan tekstur halus yang jatuh sempurna dan drap yang berkilau lembut, menciptakan efek fluiditas yang elegan saat bergerak, serta sentuhan kasmir murni membalut sang pahlawan dalam ketenangan, bahkan saat menjalani rutinitas sehari-hari.
Keindahan pedesaan Brontë membangkitkan kembali perhatian dan ketertarikan terhadap tweed - dengan tenunan dalam palet merah beri, hijau lumut, dan cokelat musim gugur, berikan kesan rustic namun tetap lembut dan mewah. Benang mouliné dirajut menjadi sweater berstruktur yang mengingatkan pada siluet korset era Victoria, memberikan sentuhan feminin modern.
Dan saat malam tiba, apa yang dikenakannya? Beludru hitam pekat dalam gaun dramatis yang layak untuk panggung opera, atau korset berstruktur yang memikat.
Karya-karya Brontë tak pernah kehilangan daya tariknya. Dengan berbagai adaptasi dan interpretasi, termasuk Wuthering Heights terbaru yang disutradarai Emerald Fennell tahun depan, popularitas Brontë senantiasa kekal.
Tidak mengherankan, mengingat bagaimana para saudari yang tumbuh dalam kesunyian sebuah tempat tinggal pastor atau imam ini mampu memahami setiap sudut kompleksitas psikologis manusia.
Seperti sang pahlawan Max Mara - wanita yang begitu lama dan gigih mengejar kesuksesan dengan logika yang tajam - pada akhirnya ia pun tak kuasa menolak panggilan hatinya.
Editor : Mahfud