Sistem imun tubuh yang lemah, seperti yang diakibatkan oleh virus HIV (virus penyebab AIDS), juga dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh sehingga berakibat pada risiko lebih tinggi terkena infeksi HPV.
Dr. Kartiwa menekankan, “Pencegahan terhadap kanker serviks sangatlah penting dilakukan, utamanya dengan vaksinasi HPV, deteksi dini dengan tes Pap Smear atau IVA secara rutin satu hingga dua tahun sekali, menerapkan pola hidup sehat, melakukan seks yang aman, olahraga yang baik, dan tidak merokok.”
Pencegahan perlu dilakukan, mempertimbangkan penderitaan yang dialami sebagai pasien kanker serviks. Penderitaan yang dialami oleh pasien kanker serviks berpotensi lebih parah dan kompleks dibandingkan penderita kanker lainnya.
Dalam paparan bertajuk “Memelihara Hidup Berkualitas pada Pasien Kanker Serviks,” yang dibawakan oleh dr. Siti Annisa Nuhonni, Sp.KFR, pakar paliatif YKI, menyebutkan bahwa tantangan yang dihadapi pasien kanker serviks meliputi dimensi kualitas hidup.
“Penderitaan yang dialami mencakup kekhawatiran fisik seperti gejala dan rasa sakit, kemampuan fungsional, kesejahteraan keluarga, kesejahteraan emosional, spiritualitas, fungsi sosial, kepuasan terhadap pengobatan, orientasi masa depan, seksualitas, intimasi dan citra tubuh, serta fungsi pekerjaan,” ulas dr. Nuhonni.
dr. Siti Annisa Nuhonni, Sp.KFR, pakar paliatif YKI. Foto: Ist
Dengan penderitaan multi dimensi yang dilalui, pasien kanker perlu mendapatkan dukungan untuk memelihara hidup yang berkualitas. “Hal ini perlu didukung dengan pelayanan paliatif yang meliputi kegiatan penatalaksanaan nyeri, penatalaksanaan keluhan fisik, dukungan psikologis, dukungan sosial, dukungan kultural dan spiritual, perencanaan perawatan yang baik, perawatan akhir kehidupan, hingga dukungan dan persiapan selama masa duka,” jelas dr. Nuhonni.
Lebih lanjut dr. Nuhonni menyimpulkan bahwa, “Pelayanan paliatif adalah upaya menata kehidupan berkualitas dan kematian yang bermartabat.”
Yayasan Kanker Indonesia mengajak masyarakat untuk bekerjasama dalam memerangi kanker serviks.
“Penanggulangan kanker serviks harus dilakukan bersama-sama, tidak hanya kaum perempuan, tetapi juga harus didukung kaum laki-laki, sehingga pencegahan kanker serviks tidak lagi menjadi hal yang tabu. Dukungan fasilitas, layanan dan akses terhadap vaksinasi HPV dan deteksi dini kanker serviks kini sudah semakin maju di Indonesia, dan perlu dimanfaatkan sebagai tekad kita bersama untuk mengurangi kejadian kanker serviks,” tutup Prof. Aru.
Editor : Mahfud