Dalam paparannya tentang “Mitos dan Fakta tentang Migrain”, dr. RA. Dwi Pujiastuti, M.Ked(Neu), Sp.N. Subs. NN(K), menerangkan beberapa mitos terkait migrain, diantaranya:
Mitos bahwa “Migrain hanyalah sakit kepala yang berat” adalah salah. Faktanya, Migrain merupakan penyakit neurologi dan menyerang seseorang pada masa puncak kehidupannya, antara usia 30 dan 49 tahun. Migrain dapat menyebabkan rasa sakit yang hebat yang bisa digambarkan sebagai berdenyut atau berdebar, seringkali menyerang dengan gejala terkait sensitivitas terhadap cahaya atau rasa mual.
Mitos bahwa “semua migrain itu sama” adalah salah. Faktanya, setiap orang dapat mengalami spektrum pengalaman migrain yang berbeda. Satu orang mungkin dapat tetap menjalankan aktivitasnya selama terkena serangan, meski tidak dalam kapasitas penuh, sementara penderita lain mendapati bahwa migrain melumpuhkan. Migrain bersifat sedang hingga parah, dan seseorang dapat mengalami migrain parah tanpa mengalami muntah dan sensitivitas terhadap cahaya dan suara.
Mitos bahwa “obat pereda nyeri yang dijual bebas dapat meredakan migrain” adalah salah. Faktanya, obat-obatan tersebut hanya membantu sampai taraf tertentu, dan tidak mengatasi gejala migrain berat atau migrain yang menyerang satu hingga dua kali per minggu. Pola penggunaan obat yang berlebihan dapat membuat migrain semakin parah.
Lebih lanjut dr. RA Dwi Pujiastuti mengingatkan, “Pekerja yang terserang migrain sangat berdampak pada produktivitas kerjanya, oleh sebab itu diagnosis dini migrain menjadi sangat penting agar perawatan yang tepat dapat diberikan untuk membantu menghentikan gejala migrain, dan sekaligus mencegah serangan migrain di kemudian hari.”
Koordinator Bidang III Bidang Kesehatan Srikandi BUMN Indonesia, dr. Sri Hasri Teteki, M.Kes, mengatakan, “Srikandi BUMN Indonesia sangat peduli terhadap kesehatan pekerja perempuan. Kesehatan menjadi faktor utama dalam menjaga produktivitas di perusahaan. Hal ini sejalan dengan tujuan dibentuknya komunitas Srikandi BUMN. Mengingat penyakit migrain lebih banyak menyerang kaum wanita, maka penting bagi pekerja wanita untuk memahami tentang penyakit migrain, jika ada gejala segera melakukan diagnosis dini untuk mengatasi migrain, dan dari sisi tempat bekerja, menjadi penting menciptakan support system di lingkungan kerja yang dapat melindungi pekerja wanita penyandang migrain. Dengan demikian, dampak migrain dapat diminimalisir dan kinerja dapat tetap terjaga.”
Senior Manager Global Policy and Public Affairs Pfizer Indonesia, Khoirul Amin menyampaikan, “Dengan pemahaman yang meningkat tentang migrain serta pemberi kerja dan rekan kerja yang peduli, diharapkan dapat tercipta lingkungan kerja yang aman dan kondusif bagi para penderita migrain di Indonesia ”.
Ketua PERDOSNI, Dr. dr. Dodik Tugasworo P, Sp.N. Subsp.NIOO(K), MH menutup seminar dengan harapan pemahaman masyarakat tentang migrain meningkat, melakukan deteksi dini dengan berkonsultasi dengan dokter untuk perawatan yang tepat, serta terbentuknya “Komunitas Peduli Migrain” sebagai empati dan kepedulian terhadap para pejuang migrain.
Editor : Mahfud