JAKARTA, iNewsDepok.id - Aktivis 98, Mahendra Utama, menyoroti pertemuan Presiden Tiongkok Xi Jinping dengan Prabowo Subianto.
Menurutnya, lawatan Prabowo ke Tiongkok punya nilai strategis, sehingga menarik perhatian dunia di tengah beragam isu global.
"Hubungan diplomatik antara Indonesia dan Tiongkok telah terjalin selama lebih dari 70 tahun, dan selama itu pula, kedua negara berbagai bidang, ini akan membawa manfaat bagi kedua belah pihak. Poros dunia pun akan melihat dimensi pertemuan itu," jelas Mahendra Utama, Selasa, 2 April 2024.
Dikatakannya, terdapat sembilan sub dominan dalam kerangka pertemuan diplomatik, di luar konteks jalinan persahabatan antara Presiden Jokowi dan Xi Jinping yang terjalin mesra selama ini.
- Ekonomi: Tiongkok merupakan mitra dagang terbesar Indonesia, dengan nilai perdagangan bilateral mencapai US$124,3 miliar di tahun 2023.
- Investasi: Tiongkok merupakan salah satu investor terbesar di Indonesia, dengan total investasi mencapai US$8,5 miliar di tahun 2023.
- Pariwisata : Tiongkok merupakan salah satu sumber wisatawan terbesar bagi Indonesia, dengan 2,07 juta wisatawan Tiongkok berkunjung ke Indonesia di tahun 2023.
- Infrastruktur: Tiongkok telah membantu Indonesia membangun berbagai infrastruktur, seperti jalan tol, kereta api, dan bandara.
- Teknologi: Tiongkok telah membantu Indonesia dalam transfer teknologi, seperti di bidang telekomunikasi dan energi terbarukan.
- Kerjasama maritim: Indonesia dan Tiongkok telah meningkatkan kerjasama maritim untuk memerangi pencurian ikan dan terorisme di laut.
- Penanggulangan bencana: Tiongkok telah membantu Indonesia dalam penanggulangan bencana alam, seperti gempa bumi dan tsunami.
- Pendidikan: Tiongkok telah memberikan banyak beasiswa kepada pelajar Indonesia untuk belajar di Tiongkok.
- Sosial budaya: Ada banyak pertukaran budaya antara Indonesia dan Tiongkok, seperti pertunjukan seni dan festival budaya.
"Pastinya, hubungan diplomatik Indonesia-Tiongkok merupakan jalinan yang saling menguntungkan," jelas pria kelahiran Bandar Lampung 12 Desember 1974 itu.
Indonesia mendapatkan manfaat dari investasi, perdagangan, dan bantuan pembangunan. Sedangkan Tiongkok mendapatkan akses ke pasar Indonesia yang besar dan sumber daya alamnya.
"Namun, hubungan ini juga memiliki beberapa tantangan, seperti isu Laut China Selatan dan hak asasi manusia di Xinjiang," imbuh mantan Tenaga Ahli Gubernur Lampung Bidang Hukum dan Pemerintahan itu.
Maka, sambung dia, kedua negara perlu terus meningkatkan komunikasi dan kerja sama untuk mengatasi tantangan ini dan membangun hubungan yang lebih kuat dan saling menguntungkan.
Terkait undangan Xi Jinping, menurut Mahendra, merupakan bentuk pengakuan atas reputasi Prabowo di panggung internasional.
"Ini menunjukkan bahwa Xi Jinping sangat menghargai Prabowo sebagai Menteri Pertahanan," ujar Mahe-sapaan pria yang dikenal kritis itu.
Kunjungan Prabowo ke Tiongkok juga dipandang sebagai kesempatan bagi kedua negara untuk membahas berbagai aspek terkini dalam hubungan bilateral, regional, dan global.
"Pertemuan itu membahas isu-isu keamanan seperti sengketa Laut China Selatan, konflik militer di Myanmar, dan ancaman konflik di kawasan Indo-Pasifik, itu sangat tepat," kata Mahe.
"Akan ada kemajuan yang dibuat Prabowo apalagi setelah dilantik Oktober nanti," ungkapnya.
Ia berharap, setelah ini, Prabowo dapat melanjutkan kunjungannya ke Jepang dan Korea Selatan, mengikuti jejak Presiden Joko Widodo.
Sejumlah negara tersebut memiliki pengaruh ekonomi yang besar, termasuk Indonesia.
"Dengan demikian, Prabowo melanjutkan warisan yang dibuat oleh Presiden Jokowi," tambah Mahendra.
Untuk diketahui, pada sore hari tanggal 1 April, Presiden Xi Jinping mengadakan pembicaraan dengan Prabowo, Presiden terpilih Indonesia, di Aula Besar Rakyat di Beijing.
Xi Jinping dengan tulus mengucapkan selamat kepada Prabowo atas terpilihnya sebagai Presiden Indonesia dan mengapresiasi keputusan Prabowo yang menjadikan Tiongkok sebagai negara pertama yang dikunjungi setelah terpilih.
Presiden Xi Jinping juga mengingatkan bahwa persahabatan antara Tiongkok dan Indonesia memiliki sejarah yang panjang.
Editor : M. Syaiful Amri