Ekspedisi Indonesia Baru memang menuai banyak kritik karena selain berlangsung selama satu tahun tanpa jeda, juga peserta tidak mendapat imbalan/gaji, namun diberi logistik dan akomodasi. Padahal, selama ekspedisi berlangsung, mereka membuat berbagai tulisan, peliputan, fotografi dan mungkin juga film dokumenter, sehingga ada netizen yang menilai ekspedisi ini sebagai perbudakan modern.
Terkait kasus pelecehan seksual yang dia alami enam tahun lalu di kantor Geotimes, Irine memaparkan kalau pelakunya adalah manager distribusi media itu yang bernama Zahari. Ia dilecehkan bukan saja secara verbal, tapi juga fisik, karena Zahari memegang tubuhnya, meremas pantatnya, dan bahkan ingin memperkosanya di kantor, kala siang bolong.
Selain mengaku tak ada yang menolong meski dia berteriak-teriak setiap kali Zahari melancarkan aksi bejatnya, Irine juga tidak mendapat respon yang sesuai ketika melaporkan pelecehan itu kepada atasan-atasannya.
Di akun Twitter-nya itu, Irine menyebut, pertama kali dia melapor kepada atasannya yang bernama Hertasning Ichlas, tetapi oleh bosnya itu dia malah diminta agar lanjut bekerja. Namun, dia tidak mematuhi perintah itu dengan memutuskan pulang tanpa seizin bosnya itu.
Yang kedua, Irine melapor kepada Farif Gaban, Pemred Geotimes. Namun, meski Farid memanggil saksi-saksi, tapi kemudian dia mengatakan bahwa kasus ini akan diselesaikan oleh managing editor Surya Kusuma.
"Ketika saya tanya sanksi apa yang akan diberikan (kepada Zahari), saya justru disuruh jangan motong rejeki orang. SAYA DILECEHKAN DAN HAMPIR DIPERKOSA DI KANTOR DAN SAYA DISURUH TERIMA GITU AJA," ungkap Irine.
Wartawati ini akhirnya mengadukan kasusnya kepada pengurus Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) Indonesia, dan kemudian didisposisi ke AJI Jakarta.
Oleh AJI Jakarta, Irine didampingi untuk melaporkan kasusnya ke LBH Pers Jakarta.
"Strategi awalnya adalah kami datangi kantor Geotimes untuk mediasi, tapi apa yang terjadi? Yang terhormat Pemred saya Farid Gaban mengusir pendamping saya dari AJI Jakarta dan LBH Pers Jakarta, dan berteriak jika kasus ini saya lanjutkan, dia akan hancurkan karir saya," imbuh Irine.
Melalui akun Twitternya, @faridgaban, Farid Gaban telah memberikan tanggapan.
"Saya harus mengakui kesalahan: saya tidak menuntaskan kasus Irine secara tuntas. Posisi kini, mau percaya "kata Irine" atau "kata saya". Saya mempersilakan Irine Wardhanie memilih tim independen yg bisa memverifikasi kembali kasus ini. Saya akan menerima konsekuensi dr hasilnya," kata dia.
Meski demikian Farid membantah telah mengancam akan menghancurkan mantan wartawannya itu.
"Soal saya disebut "mengancam Irine akan menghancurkan karirnya", saya bersumpah: tidak pernah mengatakan itu," katanya.
Ia juga membantah pernah bertemu dengan tim/delegasi dari AJI/LBH Pers.
"Tidak pernah tahu kedatangan mereka dan tidak diberitahu. Bagaimana bisa saya mengusir? Saya bersedia diperiksa untuk kesaksian krusial ini. Saya bersedia dites poligraph," katanya.
Bahkan soal percobaan perkosaan Irine, Farid membuat catatan sebagai berikut:
1. Saya menerima laporan adanya percobaan perkosaan yang menimpa Irine;
2. Saya mendengar kesaksian berbeda dari tertuduh;
3. Saya meminta pihak independen untuk memverifikasi dua kesaksian berbeda;
4. Tim independen diusulkan oleh pihak Irine dan dia setuju: YAYASAN PULIH.
"Saya mengatakan siap menerima rekomendasi tim independen. Kalau PULIH mengkonfirmasi tuduhan Irine, saya tidak hanya akan memecat tertuduh, tapi mendukung Irine melaporkannya ke polisi," kata dia.
Pada poin kelima, Farid mengaku kalau sampai hari ini, enam tahun kemudian, dia tidak pernah menerima rekomendasi dari YAYASAN PULIH.
BACA JUGA:
- Heboh! Kasus Pelecehan Seksual di Geotimes Diungkap Korban Setelah 6 Tahun!
Namun dari postingan @muchlis_ar diketahui kalau AJI Jakarta memang pernah mendatangi redaksi Geotimes, tapi tidak ditemui.
"... korban menyampaikan ke redaksinya bahwa tim pendamping korban di kantor Geotimes untuk membicarakan kasus yang menimpanya. Pada akhirnya, tim pendamping tidak berhasil bertemu manajemen redaksi yang saat itu berada di kantor," katanya, Rabu (2/2/2022) malam.
Bersama cuitannya ini, Muchlis memposting tangkapan layar dari ajijakarta.org yang memuat tiga poin terkait kasus Irine itu.
1. Benar bahwa AJI Jakarta dan LBH Pers mendapat pengaduan terkait kasus kekerasan seksual berupaya dugaan upaya pemerkosaan dan pelecehan seksual terhadap reporter perempuan di Geotimes. Kami mengutuk segala bentuk tindakan kekerasan seksual dan mendukung sepenuhnya upaya korban untuk mendapatkan keadilan.
2. Atas permintaan korban, AJI dan LBH Pers mendampingi korban dan kemudian mendatangi kantor Geotimes di Menteng, Jakarta Pusat. Sesampainya di kantor, pendamping menunggu di ruang tamu dan korban menyampaikan ke redaksinya bahwa tim pendamping korban ada di kantor Geotimes untuk membicarakan kasus yang menimpanya. Pada akhirnya, tim pendamping tetap tidak berhasil bertemu manajemen redaksi yang saat itu berada di kantor.
3. Kami sangat menyayangkan kejadian yang menimpa korban. Siapa pun bisa menjadi korban dan dalam hal ini, perempuan jelas belum mendapatkan ruang yang aman dan nyaman, bahkan di lingkungan kantornya sendiri.
Editor : Rohman