DEPOK, iNewsDepok.id - Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI) mengungkap risetnya bahwa siswa SMP dan SMA di Indonesia menghabiskan hingga Rp200.000 per minggu untuk membeli rokok.
Studi tersebut menemukan bahwa 70 persen remaja membeli rokok batangan saat pertama kali mencoba dan dalam 30 hari terakhir, terkait dengan kebiasaan merokok tidak rutin.
Chief of Research and Policy CISDI, Olivia Herlinda menyoroti bahwa ketersediaan rokok murah tersebut membuat remaja tergoda untuk membeli secara berulang, mengorbankan kebutuhan esensial.
Pada tahun 2020, The Tobacco Atlas menempatkan Indonesia pada peringkat ketiga sebagai jumlah perokok terbesar di dunia setelah Cina dan India. Setiap tahun, angka kematian yang disebabkan rokok semakin bertambah, namun jumlah perokok juga bertambah, bahkan usia seseorang merokok juga semakin muda.
Lebih lanjut, lemahnya regulasi pelarangan penjualan rokok kepada anak di bawah 18 tahun menjadi salah satu faktor yang memungkinkan remaja dengan mudah membeli dan mengonsumsi rokok.
Editor : M Mahfud