LOMBOK, iNews.id - Pengacara Pondok Pesantren (Ponpes) As-Sunnah di Kecamatan Aikmel, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB) yang diserang sekelompok massa pada Minggu (2/1/2021) sekitar pukul 03:00 WITA mengatakan, pihaknya masih mengumpulkan informasi tentang pelaku penyerangan tersebut
Ia menampik kalau penyerangan itu dipicu oleh isi ceramah Ustaz Mizan Qudsiyah, ustaz dari Ponpes tersebut, yang sempat viral di media sosial.
"Masih dikumpulkan (data tentang pelaku penyerangan)," kata Sukpandiar, pengacara Ponpes As-Sunnah, kepada iNews Depok melalui pesan WhatsApp, Senin (3/1/2021).
Menurut dia, kasus ini sedang ditangani Polsek Aikmel Lombok Timur, namun belum ada pelaku yang ditangkap, dan juga belum diketahui identitasnya.
Ketika ditanya apakah motif penyerangan tersebut benar karena dilandasi isi ceramah Ustaz Mizan Qudsiyah? Dia menampiknya.
"(Itu) cuma dijadikan alasan," katanya.
Seperti diketahui, pelaku penyerangan diperkirakan sekitar 100 orang. Mereka datang dengan mobil, motor dan berjalan kaki, namun semuanya memakai penutup muka, mengikatkan kain putih di kepala, dan membawa berbagai jenis senjata tajam.
Saat penyerangan, suasana Ponpes sedang sepi, sementara di pos jaga hanya bertugas seorang Satpam.
Dalam amukannya, para penyerangan membakar masjid yang berada dalam kompleks Ponpes, membakar satu unit mobil yang diparkir di halaman, dan merusak empat mobil lainnya, serta merusak fasilitas Ponpes.
Para pelaku juga merusak beberapa rumah dan lapak di pinggir jalan yang berada tak jauh dari Ponpes.
Informasi yang beredar menyebutkan, penyerangan itu terjadi akibat isi ceramah Ustaz Mizan Qudsiyah, ustaz dari Ponpes As-Sunnah, yang videonya diunggah ke akun YouTube Channel Surabaya Mengaji, dan kemudian viral di media sosial.
Dalam ceramah Ustaz Mizan terdapat kalimat yang membuat masyarakat muslim Sasak tersinggung karena dianggap melecehkan dan merendahkan situs-situs ulama dan auliya yang telah berjasa menyebarkan Agama Islam, khususnya di Pulau Lombok.
Kalimat dalam ceramah itu yang dianggap menyinggung terdapat pada menit ke-31 dari video ceramah itu. Begini isinya: "Makam Selaparang, Bintaro, Sekarbele, Loang Balok, Ali Batu, Batu Layar kuburan tain acong, keramat tain acong”. Tain acong artinya kotoran anjing.
Atas ceramahnya itu, Ustaz Mizan pada Minggu (2/1/2021) siang atau beberapa jam setelah penyerangan di Ponpes As-Sunah terjadi, dilaporkan oleh pengurus Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI) ke Polres Lombok Tengah, dan juga dilaporkan Banom Himmah NWDI ke Polda NTB.
Namun, melalui pernyataan yang diunggah di channel MQH TV, Sabtu (1/1/2022) malam, Ustadz Mizan membantah telah melecehkan dan merendahkan situs-situs ulama dan auliya, karena kata dia, videonya itu dipotong oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
"Kita niki sedang mendapat ujian dan difitnah, sedang ramai sekarang niki. Maka, perlu kita klarifikasi kepada seluruh jamaah masyarakat Lombok, NTB dan semisalnya, ya," katanya.
Ia menyebut kalau video itu telah dipotong dari video aslinya, dan ia menyebut kalau ceramah itu ia sampaikan saat pengajian di Dasan Bantet pada tahun 2020.
"Ketika kita menyebutkan ya, dulu kita ziarah ke beberapa kuburan dan makam, lalu kita sebut ya, salah satunya disebut, yaitu tentang ada salah satu makam yang namanya apa kan aneh kita dengar, ya, itu yang dipotong, ya. Maka kita katakan, pertama ini adalah pemotongan video dan ini membuat fitnah dan membuat kerancuan dan keributan di masyarakat," katanya.
Kedua, lanjut Ustaz Mizan, ketika ia menyebutkan nama makam tersebut, itu bukan dari dirinya, melainkan menukil perkataan TGH Mahsun rahimahullah ta’ala yang dari Belencong.
"Jadi, apa? Pemotongan video. Dan tentu tidak ada niat sama sekali (untuk melecehkan dan merendahkan), untuk apa menghina, ya. Ini kita menyebut perbuatan dahulu, kemudian kita menukil ucapan, membawakan ucapan orang alim, ya. Maka ini, kita perlu kita ingatkan, perlu kita klarifiasi kepada seluruh kaum muslimin. Kenapa? Gara-gara potongan video ini banyak orang resah, banyak orang marah. Wajar mereka marah. Wajar mereka marah, karena yang dipotong itu seolah-olah kita apa? Kita menjelekkan. Padahal kita menyebut peristiwa ya," katanya.
Ustaz Mizan berharap klarifikasi yang disampaikannya itu dapat dipahami, dan ia meminta maaf jika ada tutur katanya tidak salah, karena katanya, manusia tidak lepas dari kesalahan.
Editor : Rohman