"Dengan smart farming petani milenial dapat meningkatkan hasil panen serta menuntaskan zero waste, sehingga meminimalisir produk tani agar dapat terdaur ulang kembali tanpa menghasilkan limbah yang dapat mencemarkan lingkungan tetapi justru dapat menghasilkan cuan,” papar Dedi.
Dedi pun berharap setelah mengikuti pelatihan, para peserta dapat menerapkan smart farming serta melakukan efisiensi dalam pengelolaan usaha. Beliau juga mencontohkan cara mengatasi solusi mahalnya pupuk dengan menggunakan pupuk berimbang pupuk organik (kompos) dan pupuk hayati (mikro hayati lokal).
“Saat ini pupuk mahal, gunakan pupuk organik. Kotoran sapi banyak mengandung nitrogen, pupuk kandang dari kotoran ayam dan kambing banyak mengandung kalium. Petani harus memiliki ilmu pemupukan, perlu meningkatkan cara produksi dengan fertigasi dengan menggunakan sistem gratifikasi, sehingga lebih efesien. Manfaatkan IoT dari sektor hulu hingga hilir dan tingkatkan pemasaran. Bangun pertanian kita dengan dua strategi yaitu penerapan smart farming dan galakkan akses kredit usaha rakyat (KUR). KUR ibarat energi, ibarat bensin bagi usaha kita, ia memegang peranan yang vital dalam agribisnis,” tegas Dedi.
Kepala Pusat Pendidikan Pertanian (Kapusdiktan) selaku Direktur Program YESS, Idha Widi Arsanti mengatakan Pelatihan Agribisnis Smart Farming Batch 1 pada Tahun 2023 dilaksanakan di Pusat Pelatihan dan Manajemen Kepemimpinan Pertanian (PPMKP) Ciawi pada tanggal 11-18 Maret 2023.
“Pelatihan ini menggunakan blanded learning. Pada batch 1 ini 45 penerima manfaat Program YESS yang berasal dari empat Provinsi dan 15 Kabupaten hadir mengikuti pelatihan ini,” papar Santi saat menutup pelatihan di Ciawi.
Santi menambahkan tujuan dari pelatihan adalah untuk mencetak pengusaha pertanian milenial di bidang smart farming yang mampu akses pembiayaan melalui KUR, menerapkan teknologi smart farming; serta membentuk kemitraan usaha agribisnis.
Editor : M Mahfud