JAKARTA, iNewsDepok.id - Setiap tanggal 4 Maret diperingati sebagai Hari Obesitas Sedunia. Dan ternyata, jumlah penderita obesitas pada anak-anak di Indonesia, semakin meningkat setiap tahunnya.
"Bahkan dalam sepuluh tahun terakhir ini, peningkatannya sudah dua kali lipat," sebut Dr. Eva Susanti, S.Kp., M.Kes, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM), Kementerian Kesehatan RI.
Ditambahkan Dr. Eva, menurut Riset Kesehatan Dasar 2018, 1 dari 5 anak berusia 5-12 tahun, dan 1 dari 7 remaja berusia 13-18 tahun di Indonesia mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.
"Obesitas sendiri memiliki konsekuensi berat pada anak, karena memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami sindrom metabolik," tandas Dr. Eva.
Sindrom metabolik merupakan gabungan gangguan kesehatan yang terjadi secara bersamaan dan bisa meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung koroner, serangan jantung, diabetes tipe 2, dan stroke.
Melihat fenomena tersebut, Nutrifood (produsen makanan dan minuman kesehatan) bersama Kementerian Kesehatan dan Badan POM (Pengawas Obat dan Makanan) RI melakukan edukasi dan mengajak masyarakat untuk segera memutus rantai obesitas ini sejak dini.
Kegiatan edukasi ini merupakan bagian dari kampanye Nutrifood bersama Kemenkes dan Badan POM RI terkait pentingnya membatasi konsumsi gula, garam, dan lemak (#BatasiGGL) serta cermat membaca label gizi kemasan yang telah dimulai pada 2013.
"Seseorang didiagnosis mengalami sindrom metabolik bila memiliki tiga atau lebih kondisi seperti kelebihan lemak tubuh di sekitar pinggang, gula darah (glukosa) tinggi, rendahnya kadar kolesterol HDL (baik) dalam darah, tingginya kadar trigliserida dalam darah, dan tekanan darah tinggi. Berbagai kondisi tersebut seringkali dialami oleh orang obesitas,” urai dr. Marya Haryono, MGizi, SpGK, FINEM, Dokter Spesialis Gizi Klinis.
Editor : M Mahfud