DEPOK, iNews.id - Di kawasan Depok Lama terdapat 12 marga yang dikenal dengan istilah “Belanda Depok.” Kisahnya bermula dari tuan tanah Cornelis Chastelein yang membangun area perkebunan dan perladangan di Depok di tahun 1600-an.
Chastelein memboyong ratusan budaknya dari tanah garapan sebelumnya di Weltevreden (Gambir dan Lapangan Banteng) dan Nordwijk (Jl Juanda dan Jl Veteran). Mereka berasal dari Bali, Makassar, Jawa, Ambon hingga Filipina, yang dibina dalam organisasi yang rapi berdasarkan hukum agama.
Setelah Chastelein meninggal, ia mewariskan lahan Depok pada budak-budaknya itu. Para budak membentuk 12 marga yang merujuk pada 12 murid utama Yesus. Nama-nama marga tersebut adalah Jonathans, Soedira, Laurens, Bacas, Loen, Isakh, Samuel, Leander, Joseph, Tholense, Jacob dan Zadokh.
Belanda Depok ini menjadi komunitas eksklusif yang unik. Mereka berjarak dengan kebudayaan Eropa dan kebudayaan lokal sekitarnya. Fisik pribumi menjauhkan mereka dari persamaan hak dari bangsa Eropa totok.
Namun, mereka mendapat beberapa keistimewaan dari pemerintah Hindia Belanda, karena hubungan datang yang erat antara Depok dan Batavia, serta perkembangan Depok sebagai salah satu pusat penyebaran Protestan.
Hingga kini, masih ada peninggalan jaman Belanda, tepatnya di Jl. Pemuda. Yakni dua bangunan eks pemerintahan Gementee Depok, Rumah Sakit Harapan yang dulunya adalah bekas kantor Presiden Depok, dan rumah keluarga M.C. Jonathans. M.C. Jonathans merupakan presiden terakhir Depok yang turun jabatan tahun 1952.
Peninggalan lainnya Gereja Immanuel, yang dibangun Chastelein awal tahun 1970an menggunakan bahan kayu dan bambu untuk menunjang kegiatan dakwah Kristen kepada para budaknya. Hingga kini, Gereja Immanuel masih menjadi ‘rumah kultural’ bagi masyarakat asli Depok Lama dan keturunannya.
Editor : Kartika Indah Kusumawardhani