get app
inews
Aa Text
Read Next : Hendak Jajan, Anak Di Bawah Umur Diduga Dicabuli Pemilik Warung di Bekasi

HUT Bank Sampah Induk Patriot ke-6, Mendorong Mimpi Kota Bekasi Zero Sampah

Minggu, 18 Desember 2022 | 17:17 WIB
header img
Peringatan HUT Bank Sampah Induk Patriot (BSIP) ke-6 di Stadion Chandrabaga Kota Bekasi. Foto: Mada Mahfud/iNews Depok

BEKASI, iNewsDepok.id -  Sampah masih menjadi persoalan berat di kota-kota besar termasuk Kota Bekasi yang berpenduduk 2,7 juta jiwa. Mimpi untuk menjadikan Kota Bekasi mampu mengelola sampah menuju kota zero sampah terus coba untuk diwujudkan.

Hal tersebut menggaung saat perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Bank Sampah Induk Patriot (BSIP) ke-6 yang berlangsung Minggu, 18 Desember 2022 di Gate 11 Gelanggang Olahraga (GOR) Chandrabaga, Kota Bekasi.

Perayaan berlangsung meriah, sekitar 750 orang hadir dari 170 bank sampah unit di Kota Bekasi. Mereka menggelar karnaval dengan mengenakan kostum yang disusun dari sampah anorganik seperti bungkus kemasan kopi, pewangi pakaian dan lainnya.

Sejumlah stand terkait pengelolaan sampah juga dipamerkan seperti budidaya Maggot BSF dalam pengelolaan sampah organik oleh Joglo Larva Center Jatiasih.

Dalam acara ini hadir Pejabat Wali Kota Bekasi Tri Adhianto Tjahyono, Kepala Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Bekasi Yudianto, Dirut Bank Sampah Kota Bekasi Edi Supangkat, dan Ketua Panitia Acara HUT BSIP ke-6 Mulyanto Diharjo.

Pejabat Wali Kota Tri Adhianto mengungkapkan sampah masih menjadi persoalan besar Kota Bekasi. Kota Bekasi penduduknya hampir 2,7 juta jiwa. Sampah yang diproduksi masyarakat terus berkembang.

”Setiap hari, rata-rata orang menghasilkan sampah 0,8 kilogram. Jadi bisa dibayangkan seperti apa banyaknya sampah dengan jumlah penduduk terus berkembang pesat seiring kemajuan Kota Bekasi,” kata Tri Adhianto.

Berbagai upaya pengelolaan sampah terus dilakukan salah satunya dengan mendidirkan Bank Sampah. Pejabat Wali Kota Bekasi ini mengaku peran bank sampah perlu dipacu untuk meningkatkan perannya dalam pengelolaan sampah.

”Saat ini bank sampah berjumlah 200 unit di Kota Bekasi dengan rata-rata mengelola sampah 4 ton per hari. Dengan Kota Bekasi setiap hari menghasilkan sampah 1800 ton, peran bank sampah perlu ditingkatkan,” terang Tri.

Dalam acara ini, pejabat Wali Kota Bekasi ini menggarisbawahi pengelolaan sampah organik yang semakin berkembang dengan budidaya Maggot BSF.

”Di Kota Bekasi ada sekitar 40 pegiat Maggot, ke depan tentu akan berperan besar dalam mengurangi sampah organik yang selama ini menjadi persoalan tersendiri,” tambahnya.

Ia berharap di tiap RW di Kota Bekasi terdapat tempat pengelolaan sampah dengan Maggot. Selain akan mengurangi sampah organik, Maggot bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak sehingga muncul guliran ekonomi lanjutan yang lebih besar.

600 Ton Sampah Per Hari Tak Terkelola

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi Yudianto mengaku masih banyak sampah yang tak terkelola. Menurutnya per hari Kota Bekasi menghasilkan 1800 ton sampah baik sampah organik dan anorganik.

Sementara Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumur Batu per hari hanya sanggup menerima 1200 ton sampah.  ”Ini berarti masih banyak sampah yang tak terkelola, mengotori badan sungai dan teronggok di pinggir jalan,” kata Yudianto.

Upaya untuk mengola sampah terus dilakukan termasuk dengan mengembangkan Bank Sampah. Ia berharap di tiap RW di Kota Bekasi terdapat minimal 1 bank sampah.

”Di Kota Bekasi terdapat 1.018 RW, dengan jumlah Bank Sampah Unit sampai saat ini 200 unit berarti perlu banyak lagi Bank Sampah,” tutur Yudianto.

Sampah Tuntas Terkelola

Mulyanto Diharjo, Ketua Panitia HUT BSIP ke-6 menyatakan secara teori 80 persen sampah bisa dikelola. Sedangkan sisanya bisa dibakar dengan insenerator teknologi tinggi yang tak mencemari lingkungan.

”Kalau ini bisa dilakukan berarti semua sampah terkelola.. Ini menjadi tujuan kita bersama-sama mewujudkan Kota Bekasi yang bersih,” kata Mulyanto.

Sebagai pegiat pengelolaan sampah, Mulyanto mengaku upaya ini tidak mudah. Sosialisasi pengelolaan sampah harus masif dilakukan kepada masyarakat luas.

Tujuannya agar masyarakat bisa menempatkan sampah secara terpisah ke dalam kelompok-kelompok tertentu bukan hanya organik dan anorganik saja. Sampah anorganik misalnya bisa dipisahkan antara yang bisa dikelola dan sampah organik yang beracun.

 Dengan cara ini petugas bisa cepat melakukan sortir sehingga sampah bisa dikelola secara cepat.

”Jadi kalau dulu slogannya buang sampah pada tempatnya, sekarang buang sampah secara terpisah,” kata alumnus Fakultas Biologi Unsoed angkatan tahun 1992 ini.

Khusus untuk sampah organik, Mulyanto mengungkapkan larva Maggot BSF menjadi solusi yang memiliki nilai keekonomian tinggi. ”Dengan Maggot, sampah organik yang dulu menjadi masalah sekarang justru menjadi manfaat,” terang pendiri Joglo Larva Center Jatiasih.

Larva Maggot dengan protein tinggi menjadi sumber pakan bagi ternak. ”Dengan maggot persoalan sampah organik bisa teratasi sekaligus menghadirkan solusi pakan ternak yang biasanya harganya cukup mahal,” imbuh pria asal Purworejo Jawa Tengah.

350 Bank Sampah, 150 Tak Akif

Sementara itu Edi Supangkat, Direktur BSIP mengungkapkan Kota Bekasi memiliki 350 bank sampah, tetapi 150 diantaranya berstatus tak aktif.

”Sejak Covid-19 tahun 2020, banyak bank sampah yang tak aktif. Kita akan coba untuk aktifkan lagi sehingga ke depannya bank sampah jumlahnya terus berkembang.

Edi Supangkat mengakui peran bank sampah belum besar dalam mengurangi sampah Kota Bekasi. Untuk itu upaya pengembangan bank sampah perlu terus dilakukan.

Editor : M Mahfud

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut