"Nenekku melahirkan dua anak pria kembar, dan salah satunya ayahku. Ayahku diadopsi oleh pasangan misionaris Belanda, dan mereka harus terpisah lagi lalu tinggal di Belanda," ujar perempuan yang tinggal di Leiden, Belanda.
Setelah diadopsi di Belanda, praktis ayahnya tidak pernah bertemu ibunya yang berada di Belanda. Namun sekitar tahun 1992, ayahnya bisa bertemu kembali dengan ibunya yang berada di Suriname.
"Dan mungkin sekitar 30 tahun lalu, ayahku bisa kembali bertemu dengan ibunya, serta saudara kembarnya," kata Christa, yang pada Desember mendatang genap berusia 29 tahun.
Tahun 2013, saat Christa berumur 20 tahun menjadi titik balik untuk mempelajari sejarah masa lalu keluarganya. Iya aktif dalam organisasi, serta melakukan riset tentang penjajahan kolonial Belanda. Dia juga aktif dalam komunitas Indonesia baik di Belanda atau Suriname.
"Saya membuat komunitas tentang Indonesia, saya juga sering mengadakan seminar dan memberi pemahaman tentang sejarah kolonial. Bahkan di Suriname, saya juga memberi edukasi tentang Indonesia, tempat dari mana mereka berasal. Dan mereka tidak boleh lupa dengan tanah leluhur Indonesia," ujarnya.
Editor : M Mahfud